Bisnis.com, SURABAYA - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur meliris pertumbuhan ekonomi Jatim pada kuartal I/2020 melambat yakni hanya mampu mencapai 3,04 persen akibat dampak dari pandemi Covid-19.
Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengatakan pertumbuhan di kuartal I/2020 ini sangat rendah dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 5,5 persen.
"Bukan hanya dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang melambat, tapi dibandingkan kuartal sebelumnya juga terkontraksi (minus) 2,20 persen," katanya saat konferensi pers secara virtual, Selasa (5/5/2020).
Dadang menjelaskan pada kuartal I/2020 atau saat pandemi Covid-19 ini, dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha informasi dan komunikasi mencapai 9,77 persen, diikuti jasa kesehatan dan kegiatan sosial 9,12 persen serta jasa pendidikan 6,07 persen.
"Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi adalah komponen ekspor luar negeri 5,15 persen, diikuti pengeluaran konsumsi pemerintah 5,11 persen, lalu pengeluaran konsumsi rumah tangga 4,47 persen," jelasnya.
Dia menyebutkan sektor yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Jatim di kuartal I ini adalah industri pengolahan yang tumbuh 1,17 persen, sedangkan sektor perdagangan, konstruksi, dan informasi komunikasi tumbuh hanya di bawah 1 persen.
Baca Juga
"Sektor industri pengolahan ini tumbuh karena ada kenaikan produksi makanan dan minuman, ada permintaan masker industri rumahan, serta industri kimia akibat banyaknya permintaan antiseptik maupun disinfektan," jelasnya.
Sementara sektor pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami kontraksi. Hal ini lebih disebabkan oleh penurunan produksi tanaman pangan khususnya komoditi padi.
"Dari sisi pengeluaran, ada pengeluaran konsumsi pemerintah yang didorong oleh kenaikan nominal pada bantuan pangan non tunai (BPNT) dan peningkatan Dana Desa di Jatim," imbuhnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia - Jawa Timur, Difi Ahmad Johansyah mengatakan BI menyakini perekonomian Indonesia akan recovery lebih cepat meski di 2020 diprediksi kontraksi sama seperti negara-negara yang diterpa pandemi Covid-19.
"Kita optimistis perekonomian Jatim akan recovery lebih cepat, sejalan dengan respon penanganan Covid-19 dari berbagai pihak, baik oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, serta dukungan masyarakat secara umum," katanya dalam kesempatan berbeda.
Optimisme tersebut, tambahnya, juga didukung dengan hasil asesmen IMF yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia pada 2020 diprakirakan akan mengalami kontraksi sebesar -3 persen (yoy), tetapi diperkirakan kembali tumbuh tinggi sebesar 5,8 persen pada 2021.
Di sisi lain, kondisi inflasi juga relatif stabil dan terjaga dalam rentang target inflasi nasional yakni 3±1 persen sebab Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) provinsi/kabupaten/kota berusaha menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pasokan bahan pangan.