Bisnis.com, SURABAYA — Generasi milenial dan gen Z telah diprediksi bahwa akan sulit untuk memiliki rumah/properti karena memiliki pengeluaran untuk konsumsi yang sangat tinggi.
Selain itu, penghasilan milenial tidak sebanding dengan harga penjualan properti yang cukup tinggi saat ini. Apalagi generasi milenial juga punya kebiasaan untuk melakukan belanja pengalaman seperti traveling.
Menurut Financial Planner Mimien Susanto dalam kegiatan generasi milenial cenderung lebih konsumtif akibat kemajuan teknologi yang terlihat dari tren transaksi digital yang sebesar 48 persen didominasi oleh milenial.
“Begitu juga di investor pasar modal di Indonesia ini didominasi oleh milenial dan gen Z sebesar 81,64 persen. Ini menunjukkan ada keinginan untuk mengembangkan dana cukup besar, tetapi apakah ini diimbangi dengan pengetahuan dan risiko, nah ini perlu banyak belajar,” ujarnya dalam gelaran Bisnis Indonesia Goes to Campus (BGTC) 2022 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Kamis (15/9/2022).
Mimien mengatakan usia rata-rata manusia yakni 80 tahun. Pada fase pertama merupakan usia sekolah, dan fase kedua adalah fase untuk bekerja, menikah, punya anak, rumah dan kendaraan.
Sedangkan usia di fase ketika merupakan fase untuk mencapai puncak karir dengan membangun aset sekaligus membantu anak untuk melewati fase pertama.
Baca Juga
“Nah pada fase keempat yakni mulai 60 tahun ke atas ini kepinginnya pensiun dan menikmati hidup santai, tetapi ternyata banyak yang tidak bisa menikmati fase ini dengan mulus karena tidak dibarengi dengan fase yang seharusnya dengan pengelolaan keuangan yang cermat dan bijak.
Mimien menyebutkan, ada sejumlah langkah cermat yang perlu dilakukan dalam mengelola keuangan dengan baik agar di fase keempat bisa menikmati masa pensiun dengan Tenang.
“Pertama yang harus dimiliki adalah sumber income, bisa dari bekerja dan usaha, sedangkan untuk anak sekolah atau mahasiswa bisa dimulai dari uang saku,” katanya.
Kedua, lanjutnya yakni dengan mengatur pengeluaran atau membelanjakan income yang dimiliki dengan cara yang benar. Menurut Mimien, dalam pengelolaan keuangan perlu dilakukan pembagian prosentase penggunaan, di antarnya untuk amal/sosal sebesar 10 persen, tabungan/investasi 20 persen, biaya hidup 40 persen, dan cicilan/hutang 30 persen.
Di samping itu, dalam pengelolaan keuangan bijak, kita perlu membedakan antara keinginan dan kebutuhkan. Keinginan adalah sesutau yang tidak harus dibeli, tidak terlalu penting, butuh pertimbangan dan bisa digantikan. Sedangkan kebutuhkan adalah sesuatu yang yang harus dibeli, tidak tergantikan, tanpa pertimbangan, penting dan darurat.
“Contohnya itu pakaian, ini adalah baarang yang tidak tergantikan dan kita harus pakai baju. Ini adalah barang yang penting dan darurat sehingga menjadi kebutuhan, tetapi pakaian jangan sampai menjadi sebuah keinginan, misalnya pakaian dengan brand mahal, itu tidak perlu,” ujarnya.
Mimien menambahkan, hal yang tidak kalah penting dalam mengelola keuangan yakni menentukan tujuannya untuk apa, dalam jangka waktu kapan dan besar biaya yang dibutuhkan.
“Dan jangan lupa untuk memiliki dana darurat ataupun memiliki proteksi asuransi kesehatan dan jiwa, minimal BPJS Kesehatan untuk mengalihkan biaya yang timbul jika sakit. Sedangkan asuransi jiwa wajib dimiliki bila kita sudah punya tanggungan seperti istri dan anak-anak,” imbuhnya.