Bisnis.com, MALANG—Guru Besar Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya (UB), Prof. Sujarwoto mengembangkan platform digital layanan kesehatan primer untuk mendeteksi dini risiko penyakit kardiovaskuler yang diberi nama SMARThealth.
Dia mengatakan alasannya mengembangkan aplikasi itu karena adanya ketimpangan akses, rendahnya mutu layanan, dan minimnya integrasi dalam penanganan penyakit kronis menyebabkan masyarakat terutama kelompok rentan tidak mendapatkan layanan yang memadai.
Salah satunya, kata dia, yakni tingginya penderita penyakit kardiovaskular sebagai beban kesehatan terbesar di Indonesia.
Padahal, kematian dan kecacatan akibat penyakit kardiovaskular dapat dicegah melalui deteksi dini faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, kolesterol, dan kadar gula darah, serta penerapan gaya hidup sehat.
Sebagai bentuk upaya peningkatan layanan kesehatan primer sekaligus promosi layanan kesehatan primer, dia mengembangkan Systematic Medical Appraisal Referral and Treatment (SMARThealth).
SMARThealth mengintegrasikan prinsip manajemen pelayanan public berbasis nilai.
Baca Juga
“Model ini kami rancang sebagai respon kritis terhadap kelemahan struktural dan fungsional dalam model lama. Model sebelumnya terlalu menitikberatkan pada aspek kuratif, meminggirkan dimensi pencegahan, serta mengabaikan pelibatan komunitas dan integrasi sistem data,” katanya.
Menurutnya, platform ini dirancang untuk menggeser paradigma dari kuratif ke preventif dan promotif, platform ini memungkinkan deteksi dini risiko penyakit kardiovaskular, mempercepat proses rujukan, dan memperluas akses pengobatan di wilayah perdesaan.
Keberhasilan SMARThealth membuka ruang pengembangan lebih lanjut untuk penyakit tidak menular lainnya seperti penyakit paru, diabetes, preeklamsia, dan kesehatan mental.
Upaya integrasi dengan sistem nasional sedang berlangsung, menandai langkah strategis menuju transformasi layanan kesehatan digital.
SMARThealth menunjukkan bahwa riset yang berpijak pada kebutuhan warga dapat melahirkan inovasi publik yang inklusif, adaptif, dan berdampak luas.
“SMARThealth sudah diujicobakan di 8 desa di Kab. Malang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan pada 2015. Hasilnya, cukup efektif dalam mengontrol penderita penyakit jantung,” ucapnya. Yang juga akan menerapkan, Kab. Banyuwangi dan Banjarmasin.
Platform ini juga diuji di China dan Brazil dalam kerja sama antara UB dan dua negara tersebut.
“Percepatan penerapan platform ini, terkendala SDM. SDM-nya harus mumpuni sehingga harus dilatih terlebih dulu. Jika berhasil, maka fungsi pendamping ini bisa menggantikan tugas-tugas tenaga perawat,” ucapnya.