Bisnis.com, SURABAYA - Bupati Lumajang Thoriqul Haq menilai mudik tahun ini menambah pekerjaan rumah daerah terkait pengendalian penyebaran virus corona (Covid-19).
"Lek cuman dua hari, wis gak usah mudik, wis ruwet. [Kalau cuman dua hari, mending enggak mudik, sudah ribet," kata Thoriq dalam live di media sosial yang membahas soal karantina bagi pemudik, Selasa (7/4/2020).
Dia menegaskan warga yang punya daya tahan ekonomi di perantauan disarankan tidak mudik. Sementara bila terpaksa mudik maka harus siap untuk menjalani karantina 14 hari yang mekanismenya sedang disiapkan.
"Yang pasti kalau mudik itu nambah pikiran," tegasnya.
Thoriq menjelaskan kondisi yang dihadapi Lumajang saat ini ada Orang Tanpa Gejala (OTG) yang baru pulang dari Jakarta. Tes menunjukkan yang bersangkutan positif terinfeksi corona (Covid-19).
Hasil tes itu diketahui setelah empat sampai enam hari setelah pengambilan spesimen. Padahal, sepanjang waktu menunggu itu, OTG tersebut berkunjung ke sejumlah lokasi alias tidak mengkarantina diri. Sehingga bisa dibayangkan berapa banyak yang terpapar dari satu orang saja.
Baca Juga
"Yang positif aja tidak sadar, apalagi ini ribuan nanti yang mudik," tuturnya.
Kasus serupa bisa terjadi saat pemudik tidak diwajibkan karantina diri. Dampaknya bisa banyak yang tertular. Sementara daya dukung layanan kesehatan terbatas. Belum lagi bila menginfeksi orang dengan risiko tinggi atau mempunyai penyakit penyerta.
"Kalau enggak dikendalikan wis buyar [berantakan] Lumajang iki," ujarnya.
Merujuk peta sebaran Covid-19 di Jawa Timur per Senin (6/4/2020), jumlah pasien positif corona di Lumajang 3 orang, 17 pasien dalam pengawasan dan 202 orang dalam pemantauan. Adapun di Jawa Timur terdapat 189 orang positif Covid-19, 985 pasien dalam pengawasan, 40 pasien sembuh, 14 orang meninggal dan 10.929 orang dalam pemantauan.
Dua Opsi
Thoriq menjelaskan rencana karantina di Lumajang bagi pemudik diusulkan dalam dua skema. Pertama, pemusatan di kompleks sekolah unggulan terpadu. Pemerintah bakal menyediakan logistik bagi peserta karantina di sana.
Karantina bertujuan untuk screening/penapisan mana yang ada risiko maupun tidak.
Adapun usulan kedua, karantina mandiri di rumah masing-masing dengan swadaya. Hanya saja usulan ini berisiko, sebab tidak ada yang bisa menjamin standar karantina yang dilakukan, mulai sterilisasi alat makan hingga kontak intensif dengan keluarga terdekat.
"Intinya kalau tidak dilakukan karantina jebol, orang terinfeksi bisa tidak terdeteksi," jelasnya.
Menurutnya guna meminimalkan berbagai risiko penyebaran corona maka warga lumajang di perantauan diminta tidak mudik. Permintaan tidak mudik seperti disampaikan Thariq juga senada dengan peta kluster penyebaran corona di Jawa Timur.
Data klaster konfirmasi Covid-19 di Jatim, penularan dari klaster Jakarta 19 kasus, klaster Jakarta-Tanah Abang tiga kasus, kluster Bali empat kasus, kluster pulang umroh 7 kasus dan kluster Bogor dua kasus.
Selain itu ada kluster pelatihan Sukolilo, kluster Surabaya, kluster Malang, kluster Sidoarjo dan kluster Situbondo.