Bisnis.com, SURABAYA - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur merilis kinerja perekonomian Jatim sepanjang 2020 mengalami kontraksi -2,39 dibandingkan kondisi 2019 sebagai dampak dari pandemi Covid-19 yang terjadi seluruh belahan dunia.
Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengatakan kontraksi ekonomi yang terjadi di Jatim ini masih cukup dangkal sama seperti DKI Jakarta -2,36 persen, jika dibandingkan dengan provinsi lain seperti Banten -3,38 persen, Jabar -2,44 persen, Yogyakarta -2,69 persen, dan Jateng -2,65 persen.
“Namun jika kuartal IV/2020 dibandingkan kuartal III/2020, ekonomi Jatim ini mengalami kontraksi yang lebih kecil yakni -0,94 persen, karena kontraksi kuartal sebelumnya mencapai -3,75 persen,” katanya dalam paparan berita resmi pertumbuhan ekonomi, Jumat (5/2/2021).
Dadang mengatakan, jika kuartal IV/2020 dibandingkan kuartal IV/2019 pun Jatim mengalami terjun bebas. Sebab pada kuartal IV/2019, ekonomi Jatim mampu tumbuh mencapai 5,42 persen.
“Kondisi kuartal terakhir tahun lalu itu sejalan dengan suasana pandemi yang semakin meningkat jumlah kasusnya. Pada kuartal IV/2020 memang terjadi mobilitas tinggi karena ada momen liburan, ada pergerakan di Kawasan rekreasi dan ritel,” Katanya.
Dia menjelaskan sejumlah sektor yang mengalami kontraksi pada kuartal terakhir 2020 itu di antaranya seperti sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan. Menurutnya di akhir tahun masa panen raya pertanian dan perkebunan telah selesai.
Baca Juga
“Kalau melihat year on year, sektor pertanian ini masih tumbuh 0,09 persen karena produksi beberapa komoditas pertanian mengalami kenaikan seperti padi karena ada peningkatan luas panen, lalu komoditas bawang merah, mangga, apel dan pisang yang memberi sumbangan peningkatan pada hortikultura,” jelasnya.
Di sektor manufaktur, kata Dadang, juga cukup menyumbang perekonomian Jatim di kuartal IV/2020 seiring dengan pulihnya industri dan bisnis serta ada peningkatan permintaan pasar yang harus dipenuhi industri pengolahan.
Dadang menambahkan secara kumulatif 2020, hampir seluruh sektor usaha mengalami kontraksi kecuali sektor teknologi informasi yang mampu tumbuh positif 0,58 persen. Kontraksi terdalam terjadi pada sektor konstruksi -0,31 persen, disusul perdagangan -1,07 persen, dan sektor industri -0,62 persen.