Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Nonmigas Jatim Turun 5,65 Persen pada 2020

Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menyebut nilai ekspor non migas 2020 hanya mampu mencapai US$18,27 miliar. Sedangkan pada 2019 mampu mencapai US$19,3 miliar.
Ilustrasi aktivitas di pelabuhan./Antara-Didik Suhartono
Ilustrasi aktivitas di pelabuhan./Antara-Didik Suhartono

Bisnis.com, SURABAYA - Kinerja ekspor nonmigas Jawa Timur sepanjang 2020 mencatatkan penurunan -5,65 persen dibandingkan 2019 akibat dampak dari pandemi Covid-19.

Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menyebut nilai ekspor non migas 2020 hanya mampu mencapai US$18,27 miliar. Sedangkan pada 2019 mampu mencapai US$19,3 miliar.

Namun begitu, jika melihat tren ekspor (migas dan non migas) pasca dibukanya kegiatan ekonomi, kinerja ekspor nonmigas Jatim mengalami pertumbuhan positif. Pada Desember 2020 mampu tumbuh 3,28 persen dibandingkan periode sama 2019, bahkan tumbuh 10,58 persen jika dibandingkan November 2020.

Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengatakan nilai ekspor non migas Jatim pada Desember mencapai US$1,5 miliar, sedangkan pada November 2020 mencapai US$1,4 miliar.

“Pertumbuhan ekspor tertinggi terjadi pada sektor migas yakni tumbuh 49,06 persen, disusul sektor industri pengolahan 7,16 persen. Sementara sektor lain seperti pertanian turun 3 persen dan pertambangan turun 22,82 persen,” jelasnya dalam paparan virtual BRS Jatim, Jumat (15/1/2021).

Dadang menjelaskan, pertumbuhan ekspor tertinggi terjadi pada sektor migas yakni tumbuh 49,06 persen, disusul sektor industri pengolahan 7,16 persen. Sementara sektor lain seperti pertanian turun 3 persen dan pertambangan turun 22,82 persen.

Sementara komoditas ekspor yang mengalami pertumbuhan tertinggi tahun lalu adalah daging dan ikan olahan dengan pertumbuhan 16,8 persen (yoy), lemak dan minyak hewan/nabati tumbuh 6,48 persen, perabotan dan penerangan rumah tangga tumbuh 5,03 persen, serta kayu dan barang dari kayu tumbuh 4,7 persen.

“Sedangkan nilai ekspor yang paling banyak di Desember 2020 saja adalah komoditas lemak dan nabati US$170 juta, disusul kayu dan barang dari kayu US$132 juta, ikan dan udang US$95,19 juta, kertas/karton US$62 juta, serta perhiasan/permata US$93 juta,” jelasnya.

Adapun pangsa ekspor Jatim sepanjang 2020 masih didominasi ke negara Asean dengan kontribusi 18,76 persen atau US$3,43 miliar, disusul Jepang 15,38 persen atau US$2,81 miliar, China 14,88 pesen atau US$2,72 miliar, Amerika Serikat 13,86 persen atau US$2,83 miliar dan Uni Eropa 7,81 persen atau US$1,43 miliar.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Jatim, Difi Ahmad Johansyah mengatakan secara umum peningkatan ekspor ini terjadi sejak China membuka kembali penguncian wilayah atau lockdown akibat pandemi sehingga membawa dampak positif bagi perbaikan ekonomi global.

“Masih positifnya kinerja ekspor Jatim ini tidak lain ditopang oleh ekspor tembaga dan emas perhiasan sebagai aset safe haven,” katanya.

Namun begitu, pada akhir tahun lalu di tengah potensi perbaikan kinerja ekspor Jawa, sempat terjadi kelangkaan kontainer freight secara global maupun domestik sehingga berpotensi mengganggu kinerja ekspor sebab dapat mengerek harga pengiriman barang. Menurut beberapa perusahaan pelayaran, kondisi tersebut tersebut diperkirakan masih akan terjadi sampai kuartal I/2021 atau sampai Hari Raya Imlek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper