Bisnis.com, SURABAYA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur membentuk tim Covid-19 Hunter yang akan fokus menyisir Orang Tanpa Gejala (OTG) mengingat potensinya menjadi positif terinfeksi Covid-19 mencapai 35 persen.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan tim khusus ini nantinya akan melakukan pelacakan terhadap orang-orang yang menjadi carrier atau pembawa virus tetapi memang tampak sehat, termasuk Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
"OTG dan PDP sama-sama memiliki potensi cukup tinggi untuk terkonfirmasi positif. Potensi OTG menjadi pasien positif ini sekitar 35 persen dan potensi PDP menjadi positif mencapai 55 persen," katanya dalam konferensi pers, Kamis (4/6/2020).
Dia menjelaskan tim Covid-19 Hunter ini akan menyisir seluruh wilayah Jatim terutama daerah yang memiliki angka OTG dan PDP terbesar seperti Sidoarjo, Kediri, Tulungagung, Bangkalan, Gresik, Lamongan, Madiun, Jember, Nganjuk dan Probolinggo.
"Kami sudah melakukan rapat dengan Bupati dan Walikota untuk menyiapkan titik-titik berisiko tinggi. Saya ingin sampaikan, leading sector tetap kabupaten/kota, sedangkan Pemprov Jatim hanya supporting tim saja,” katanya.
Khofifah menambahkan, tim Covid-19 Hunter ini juga mendapat dukungan dari TNI dan Polri serta tim kedokteran dari masing-masing daerah.
Baca Juga
Jumlah OTG di Jatim mencapai 19.366 orang dan PDP sebanyak 7.009 orang per Kamis (4/6/2020). Orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 25.173 orang.
Total konfirmasi Covid-19 di Jatim secara keseluruhan telah mencapai 5.406 orang. Dari jumlah itu tertinggi adalah Kota Surabaya sebanyak 2.828 orang, diikuti Sidoarjo 703 orang, Gresik 151 orang, Lamongan 121 orang dan disusul Kabupaten Probolinggo 116 orang.
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, dr. Joni Wahyuhadi menjelaskan secara teknis pelaksanaan tim Covid-19 Hunter ini akan ditentukan oleh kota/kabupaten.
“Kegiatan screening OTG ini setiap hari maksimal hanya 150 orang, mulai dari rapid test, VTM dan catridge karena kalau terlalu banyak yang dites, risiko pada petugasnya kalau capek malah tidak cermat dan malah bisa tertular," jelasnya.
Dia mengatakan jika dalam aksi screening rapid test itu terdapat hasil positif, maka saat itu juga orang tersebut dilakukan swab di lokasi.
"Kegiatan screening ini nanti juga bisa dilakukan di 1 titik atau bisa pindah tempat. Di tiap daerah kota/kabupaten yang turun ada 1 dokter, dari kita ada dokter relawan dari RS Darurat dan 5 perawat," imbuhnya.