Bisnis.com, MALANG—Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kota Malang Agustus 2024 sebesar 6,10% atau turun 0,70 poin dibandingkan tahun 2023.
Kepala BPS Kota Malang Umar Sjaifudin mengatakan TPT terendah sebesar 4,69% terdapat pada penduduk berpendidikan SD ke bawah, sementara TPT tertinggi sebesar 7,50% pada jenjang pendidikan diploma IV/S1/S2/S3.
“TPT tertinggi di Kota Malang pada jenjang pendidikan tinggi karena posisi kota ini sebagai kota pendidikan,” katanya, Rabu (4/12/2024).
Karena itulah, dia menegaskan, banyak siswa yang datang ke Malang untuk belajar di perguruan tinggi dan setelah lulus belum juga segera kembali ke daerah asal sehingga tercatat dalam survei BPS.
“Jadi survei BPS itu kan metode cacah, tanpa mempertimbangkan kepemilikan KTP asal daerah mana,” ujarnya.
Jumlah Angkatan kerja pada agustus 2024, kata dia, sebanyak 465.095 orang; bertambah sebesar 5.110 orang dibandingkan Agustus 2023.
Baca Juga
Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) Agustus 2024 sebesar 67,52%, turun sebesar 0,06 poin dibandingkan TPAK Agustus 2023
Menurutnya, penduduk yang bekerja sebanyak 436.742 orang atau bertambah sebesar 8.043 orang dibandingkan Agustus 2023. Sektor Jasa dan Sektor pertanian mengalami jumlah peningkatan tenaga kerja, sedangakn sektor industry mengalami penurunan.
“Sebanyak 190.957 orang (43,72%) bekerja pada kegiatan informal atau naik 2,38 poin dibandingkan Agustus 2023,” ujarnya.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai seiring dengan pulihnya perekonomian pasca-Covid-19, TPT Kota Malang terus mengalami penurunan sejak 2022 sampai dengan 2024.
TPT tahun 2024 turun menjadi 6,1% (28.353 pengangguran) dari 6,8% pada 2023 (31.286 pengangguran).
Namun disisi lain, kata dia, terjadi peningkatan pengangguran terbuka pada tingkat pendidikan DIV - Sarjana. TPT DIV-Sarjana 2023 sebesar 6,87% dan meningkat di tahu 2024 menjadi 7,5%.
Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa kualitas lulusan perguruan tinggi perlu diperbaiki, khususnya daya juangnya. Mental “strawberry” yang sebagian besar menghinggapi Gen Z mendorong keeengganan angkatan kerja ini keluar dari zona nyaman. Hal ini juga berdampak pada peningkatan angkatan kerja di sektor informal.
“Ini tentunya harus diperbaiki, di setiap tingkatan pendidikan. Jiwa kewirausahan dan mental health harus sudah dikuatkan sejak pendidikan dini, terlebih saat akan lulus perguruan tinggi. Mental health harus dipersiapkan agar tidak mudah rapuh menghadapi tantanagn dunia kerja sehingga potensi gen Z yang kreatif, unik, terbuka, dan kritis dapat dioptimalkan untuk pengembangan diri,” ujarnya.
Selain itu, kata Joko, Malang Creative Center dan KEK Singhasari dapat menjadi laboratorium untuk mencetak talenta-talenta handal untuk masuk dan memperluas lapangangan kerja di bidang industri kreatif dan digital.
Kedua bidang tersebut, dia menegaskan, sangat digemari oleh Gen Z karena memberikan kesempatan yang lebih luas bekerja secara freelance (pekerja lepas), hal ini berdasarkan fakta bahwa sekitar 70% Gen Z lebih senang sebagai freelance platform freelance global. Flexibilitas, kebebasan, passion, dan potensi penghasilan yang lebih besar menjadi daya tarik gen Z untuk memilih sebagai freelancer. (K24)