Bisnis.com, MALANG — Keyakinan konsumen di wilayah kerja Bank Indonesia (BI) Malang meningkat pada November 2024 bersamaan dengan berakhirnya tahun politik.
Kepala Perwakilan BI Malang, Febrina, mengatakan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Malang pada November 2024 mengindikasikan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.
”Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada November 2024 tercatat sebesar 175,08 menguat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu 167,17,” ujarnya, Senin (2/12/2024).
Dengan demikian, kata dia, keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap berada pada level optimis (indeks > 100). Kenaikan IKK didorong oleh membaiknya Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK).
Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) tercatat sebesar 168,00 meningkat dibanding bulan sebelumnya yang berada di angka 157,33. Meningkatnya IKE didorong oleh seluruh kenaikan komponen pembentuknya, terutama pada Indeks Penghasilan Saat Ini yang naik sebesar 12,00 poin menjadi 172,00 dibanding bulan sebelumnya yang berada pada 160,00.
Ekspektasi konsumen terhadap perkiraan kondisi ekonomi 6 bulan ke depan juga terpantau menguat. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) November 2024 sebesar 182,17 atau pada level optimis (>100), dan lebih tinggi dibandingkan Oktober yang berada pada 177,00.
Baca Juga
”Peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan komponen penyusun IEK, terutama Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja yang meningkat menjadi 182,00 dibanding bulan sebelumnya yang berada di 174,00,” ucapnya.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Dias Satria, mengatakan keyakinan konsumen ini menandakan bahwa masyarakat mulai percaya diri untuk merencanakan konsumsi, investasi, dan menabung ke depan.
Berakhirnya tahun politik, kata dia, memberikan kepastian lebih bagi investor untuk menata ulang strategi bisnis mereka. Stabilitas politik ini menjadi angin segar yang membuka peluang baru di berbagai sektor.
Namun, dia menegaskan, tantangan eksternal tetap perlu diantisipasi, seperti kontraksi ekonomi global dan dampak kebijakan ekonomi AS yang berfokus pada ekonomi domestik (national economy first).
Potensi ketidakseimbangan global (global imbalance) serta pengalihan perdagangan (trade diversion), terutama dengan China, harus menjadi perhatian utama untuk menjaga daya saing ekonomi lokal.
Dias yang juga Ketua Pusat Inovasi dan Transfer Teknologi UB menegaskan, optimisme ini harus diperkuat dengan komitmen pemerintah dan masyarakat dalam mendorong festival lokal dan kebudayaan sebagai katalisator ekonomi. Festival-festival lokal yang menampilkan keunikan budaya, seni, dan kuliner memiliki potensi besar menciptakan multiplier effect bagi ekonomi daerah, termasuk UMKM, pariwisata, dan sektor kreatif.
”Dengan mengedepankan kebudayaan, kita tidak hanya meningkatkan perekonomian, tetapi juga memperkuat jati diri bangsa di era globalisasi,” ucapnya. (K24)