Bisnis.com, MALANG — Optimisme konsumen di Kota Malang tetap jaga terjaga pada Juli dipicu pandangan terkaitnya berhasilnya perundingan Indonesia mengenai tarif Trump dan mulai banyaknya penyerapan anggaran pemda.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang Febrina mengatakan Survei Konsumen BI Malang pada Juli 2025 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap terjaga pada level optimis (indeks >100).
“Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juli 2025 tercatat sebesar 144,3, meskipun sedikit termoderasi dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 147,6,” katanya, Kamis (31/7/2025).
Febrina menjelaskan bahwa optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini tetap kuat tecermin dari indeks kondisi ekonomi (IKE) Juli sebesar 133,3. Angka tersebut relatif stabil dibandingkan dengan capaian Juni sebesar 133,5.
Terjaganya IKE Juli 2025 bersumber dari indeks ketersediaan lapangan kerja yang tercatat sebesar 164 atau meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat 122.
Sementara itu, indeks penghasilan dan pembelian durable goods masing-masing termoderasi dari 147 dan 131,5 pada Juni 2025 menjadi 134,5 dan 127,0 untuk Juli.
Baca Juga
Ekspektasi konsumen terhadap perkiraan kondisi ekonomi 6 bulan ke depan juga terpantau tetap solid. Hal ini tecermin dari indeks ekspektasi kondisi ekonomi (IEK) Juli yang tercatat optimis sebesar 155,2 meskipun sedikit termoderasi dibandingkan dengan bulan sebelumnya 161,7.
Berdasarkan komponen pembentuknya, IEK yang termoderasi bersumber dari melambatnya seluruh indeks, meskipun masih menunjukkan optimisme seiring dengan indeks >100.
Indeks ekspektasi penghasilan dan kegiatan usaha tercatat masing-masing sebesar 164 dan 147, termoderasi dibandingkan dengan bulan Juni sebesar 168,5 dan 166.
”Indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar 127, termoderasi dibandingkan dengan bulan Juni 2025 sebesar 150,5,” ucapnya.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB), Joko Budi Santoso, menilai optimisme perekonomian yang tetap terjaga meski mengalami moderasi dipicu oleh sejumlah isu besar.
salah satunya adalah kebijakan tarif trump kepada Indonesia yang dikhawatirkan akan membajirnya produk Amerika di pasar domestik.
Di balik itu juga ada optimisme bahwa impor barang modal akan lebih murah meski ketergantungan Indonesia pada produk Amerika tidak terlalu besar dibandingkan negara-negara di G-20.
Di sisi lain, kata dia, perubahan cuaca yang dapat berdampak pada produksi pertanian juga dapat menyebabkan termoderasinya optimisme konsumen.
Selain itu, kebijakan efisiensi anggaran yang sudah melonggar dengan dibukanya beberapa kran pembangunan infrastruktur menopang optimisme perekonomian di level aman.
”Hal yang tak kalah penting, yakni pada semester II/2025 pola penyerapan anggaran pemerintah daerah mulai menanjak sehingga dapat menjadi stimulus perekonomian daerah,” kata Joko yang juga Peneliti Senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi FEB UB.