Bisnis.com, DENPASAR - Tingginya angkatan kerja baru setiap tahun di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja membuat Pemprov NTB melakukan berbagai upaya agar angkatan kerja tersebut tidak menjadi pengangguran baru.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, jumlah angkatan kerja di NTB mencapai 3,01 juta jiwa, dengan pertumbuhan angkatan kerja baru berkisar antara 163.000 hingga 200.000 orang setiap tahunnya. Jika tidak ada upaya serius untuk menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja baru ini, risiko peningkatan pengangguran akan semakin besar. Tingkat pengangguran terbuka di NTB hingga Agustus 2024 sejumlah 2,80%
Salah satu upaya yang ditempuh oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi yakni dengan memberikan pelatihan dan kesempatan magang bagi angkatan kerja baru. Bekerja sama dengan asosiasi dunia usaha dan dunia industri yang tergabung dalam Forum Komunikasi Jejaring Pemagangan (FKJP) Provinsi NTB, Pemprov NTB menitipkan ratusan peserta magang di berbagai perusahaan.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTB, I Gede Putu Aryadi menjelaskan pada periode Mei hingga Oktober 2024, 211 peserta dari berbagai Kabupaten dan Kota di NTB mendapat kesempatan magang. Semua peserta dinyatakan berhasil menyelesaikan program pemagangan.
"Bahkan, 50% peserta telah diterima bekerja di berbagai industri, seperti Grand Legi, Puri Indah, CV. JB Retail, Alfamart, Kenza Hospital, Astra, Idoop Hotel, dan JNE. Sementara itu, sisanya masih menjalani proses rekrutmen lanjutan. Kami berharap 100% alumni magang terserap di industri swasta," jelas Aryadi, Selasa (21/10/2024).
Aryadi juga mendorong sektor swasta agar, selain memanfaatkan pemagangan dari pemerintah, perusahaan melaksanakan program pemagangan secara mandiri, sehingga lebih banyak angkatan kerja yang dapat terserap.
Baca Juga
Ia menekankan pentingnya pemagangan sebagai solusi efektif dalam menjawab kebutuhan dunia kerja di tengah percepatan transformasi digital. Menurutnya, dalam beberapa sektor tertentu, rekrutmen langsung dari lembaga pelatihan ke perusahaan sering kali kurang efisien, karena masih ada kesenjangan antara keterampilan yang diperoleh dengan kebutuhan dunia industri.
"Pemagangan memungkinkan peserta mendapatkan pengalaman langsung di dunia kerja, sehingga calon pekerja dapat memastikan bahwa mereka memiliki kompetensi yang sesuai dengan jabatan yang tersedia di perusahaan. Ini juga memperkuat etos dan disiplin kerja, serta kemampuan beradaptasi dengan budaya dan ritme kerja di perusahaan," ujar Aryadi.
Disnakertrans Provinsi NTB saat ini sedang menyelenggarakan Pelatihan Daerah (Pelatda) bagi peserta magang Jepang.
Pelatda ini merupakan program kerja sama antara Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia dan IM Japan, yang digelar oleh Disnakertrans NTB serta DPD Ikapeksi NTB. Sebanyak 48 peserta sedang mengikuti pelatihan dasar sebagai persiapan pemagangan di Jepang.
Ketua FKJP NTB, Naktika Sari Dewi, mengatakan sebanyak 41 perusahaan terlibat aktif dalam memberikan tempat dan fasilitas pelatihan bagi peserta. Mereka juga berperan penting dalam proses pengembangan keterampilan dan penilaian kompetensi peserta, sehingga peserta dapat langsung terjun ke lapangan dan merasakan pengalaman kerja nyata di dunia industri.
"Dari 211 peserta, 50% telah diterima bekerja di berbagai industri, sementara sisanya masih menjalani proses seleksi lanjutan. Harapannya, seluruh peserta pada akhirnya akan berhasil terserap dan memperoleh pekerjaan, sehingga target 100% penempatan kerja dapat tercapai," jelas Naktika.
Naktika juga mengungkapkan bahwa peserta yang berhasil menyelesaikan program ini telah menerima sertifikat pelatihan dari perusahaan, yang menjadi modal penting bagi mereka untuk bersaing di dunia kerja. Sertifikat ini mencerminkan kemampuan dan pengalaman yang sesuai dengan standar industri.