Bisnis.com, MALANG — Inflasi Kota Malang pada Maret 2024 mencapai 0,66% mtm, lebih besar dibandingkan inflasi Jatim sebesar 0,64% dan nasional 0,52%. Namun demikian, Bank Indonesia menilai tekanan inflasi Malang masih tetap terjaga di kisaran sasaran inflasi, yakni 2,5%±1%.
Kepala Perwakilan BI Malang, Febrina, mengatakan pengendalian inflasi tidak terlepas dari koordinasi solid TPID yang diwujudkan melalui sinergitas kolaboratif pada momentum Ramadan dan menjelang Idulfitri, di antaranya dengan mempertahankan keterjangkauan harga yang diimplementasikan melalui Warung Tekan Inflasi di Kota Malang.
“Pembukaan Warung Tekan (Wartek) Inflasi Kota Malang sejak awal Maret dan akan terus dibuka hingga H+7 Idul Fitri di 3 lokasi pasar, Pasar Blimbing, Pasar Besar, Pasar Dinoyo,” katanya, Selasa (2/4/2024).
Wartek Inflasi ini menjual komoditas pangan seperti beras SPHP Bulog, minyak goreng, dan gula pasir dengan harga di bawah rata-rata harga pasar. Adapun BI Malang berkontribusi dengan memberikan bantuan berupa subsidi ongkos angkut.
Pelaksanaan sidak pasar yang dilakukan oleh Pemkot Malang beserta TPID pada 6 dan 19 Maret 2024 untuk monitoring perkembangan harga yang dilakukan di tiga titik lokasi di Kota Malang yang meliputi dua pasar tradisional, Pasar Tawangmangu dan Pasar Blimbing; dua pasar modern, Superindo dan Hypermart; dan pemantauan stok di Depo Pertamina
Pelaksanaan High Level Meeting (HLM) TPID Kota Malang 4 dan 13 Maret 2024 dipimpin Pj. Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat.
Baca Juga
Selanjutnya, Gerakan Pangan Murah (GPM) yang diselenggarakan oleh Pemkot Malang pada Maret-April Kota Malang. BI memberikan bantuan berupa subsidi ongkos angkut terhadap pelaksanaan GPM dimaksud.
Dia menegaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada bulan Maret 2024 mengalami inflasi sebesar 0,66% (mtm), lebih tinggi dari Nasional yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,52% (mtm) maupun Jawa Timur yang mengalami inflasi sebesar sebesar 0,64% (mtm). Secara tahunan, Kota Malang tercatat mengalami inflasi sebesar 2,90% (yoy) dan 0,94% (ytd).
Inflasi periode Maret 2024, kata Ina, panggilan akrab Febrina, didorong terutama oleh kenaikan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil 0,48% (mtm). Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi yang terjadi pada kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan andil -0,02% (mtm).
Berdasarkan komoditasnya, inflasi yang terjadi di Kota Malang terutama didorong oleh kenaikan harga pada komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, emas perhiasan, tarif rumah sakit dan jeruk dengan andil 0,21%, 0,11%,0,05%, 0,04% dan 0,04% (mtm).
Inflasi pada komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras seiring meningkatnya permintaan pada momentum Ramadan di tengah melonjaknya biaya pakan.
Sementara harga emas perhiasan terpantau meningkat seiring dengan peningkatan harga emas dunia yang didorong oleh berlanjutnya tensi geopolitik dan prospek pemotongan suku bunga The Fed pada bulan Juni mendatang.
Selanjutnya tarif rumah sakit meningkat seiring diterapkannya kebijakan kenaikan tarif RS di Kota Malang sesuai dengan Perda Provinsi Jawa Timur No. 8 tahun 2023 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi yang terutama terjadi pada komoditas cabai merah dan cabai rawit seiring dengan panen raya cabai pada bulan ini.
“Harga beras terpantau mengalami penurunan seiring dengan relaksasi HET beras premium oleh Bapanas 10 Maret s.d. 23 April 2024 serta telah dimulainya musim panen padi di beberapa sentra produksi.,” ucapnya. (K24)