Bisnis.com, SURABAYA — Kantor Perwakilan Bank Indonesia - Jawa Timur menilai kinerja pertumbuhan ekonomi Jatim pada kuartal I/2023 masih tetap kuat meski sempat dikhawatirkan akan terdampak resesi global.
Advisor Bank Indonesia - Jatim, Muslimin Anwar mengatakan data BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Jatim pada kuartal I/2023 sebesar 4,95 persen (yoy) yang masih tetap disumbang sektor unggulan yakni sektor industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian.
“Melihat perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi Jatim pada kuartal I/2023 tetap kuat dan melanjutkan perbaikan secara bertahap yang telah berlangsung sejak 2021 atau pasca pandemi Covid-19, karena pada kuartal IV/2022 tumbuhnya masih 4,79 persen (yoy),” ujarnya kepada Bisnis, Senin (8/5/2023).
Dia mengatakan dari sisi pengeluaran, peningkatan konsumsi mendorong perbaikan kinerja ekonomi Jatim, terutama konsumsi Rumah Tangga (RT), konsumsi LNPRT (Lembaga Non Profit yang melayani rumah tangga), dan konsumsi Pemerintah.
“Peningkatan kinerja konsumsi RT didorong oleh penghapusan PPKM dan terkendalinya Covid-19 yang mendorong peningkatan mobilitas, momen Imlek, Ramadan, dan persiapan Idulfitri, serta berlanjutnya insentif pemerintah bansos PKH dan BPNT,” ujarnya.
Selain itu, kenaikan pertumbuhan konsumsi LNPRT sejalan dengan persiapan pemilu serentak 2024. Sementara kenaikan konsumsi pemerintah ditopang oleh berlanjutnya belanja bantuan sosial APBD provinsi dan kabupaten/kota di Jatim dan APBN.
Baca Juga
“Peningkatan konsumsi ini berdampak pada kenaikan lapangan usaha perdagangan serta transportasi dan pergudangan, serta ditopang oleh perbaikan pertanian sejalan dengan panen padi pada akhir kuartal I/2023,” imbuhnya.
Meski begitu, lanjut Muslimin, kinerja ekonomi Jatim kuartal I/2023 ini masih tertahan oleh perlambatan permintaan eksternal dan investasi dari sisi permintaan yang berimplikasi pada kinerja industri pengolahan dan konstruksi yang lebih rendah.
“Perlambatan kinerja mitra dagang utama, yakni Amerika Serikat dan Eropa, berdampak pada pada lebih rendahnya ekspor luar negeri kita, termasuk tertahannya kinerja investasi karena masih tingginya ketidakpastian global yang disinyalir menyebabkan investor wait and see,” imbuhnya.
Muslimin menambahkan BI sendiri masih memproyeksikan kinerja ekonomi Jatim sampai akhir tahun ini yang masih positif meskipun termoderasi dibandingkan 2022 yang disebabkan oleh faktor global dan domestik.
“Tahun ini kami perkirakan kinerja ekonomi akan berada di kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen (yoy), dan cenderung bias bawah, termoderasi dibandingkan 2022 yang tumbuh sebesar 5,3 persen (yoy),” katanya.
Menurutnya, moderasi kinerja ekonomi Jatim tahun ini terutama dipengaruhi oleh estimasi kinerja ekonomi global pada 2023 yang diperkirakan 2,6 persen (yoy) atau lebih rendah dibandingkan 2022 yang tumbuh 3,4 persen (yoy).