Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Iduladha Picu Kenaikan Harga Komoditas Pangan di Kota Probolinggo

Hari Raya Iduladha memicu kenaikan harga komoditas pangan di Kota Probolinggo sehingga berdampak kepada inflasi bulan Juni 2025.
Hari Raya Iduladha memicu kenaikan harga komoditas pangan di Kota Probolinggo sehingga berdampak kepada inflasi bulan Juni 2025 / JIBI/Bisnis-Nizar Fachri Rabbanirn
Hari Raya Iduladha memicu kenaikan harga komoditas pangan di Kota Probolinggo sehingga berdampak kepada inflasi bulan Juni 2025 / JIBI/Bisnis-Nizar Fachri Rabbanirn

Bisnis.com, MALANG — Hari Raya Iduladha memicu kenaikan harga komoditas pangan di Kota Probolinggo sehingga berdampak kepada inflasi bulan Juni 2025.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang, Febrina, mengatakan rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan Kota Probolinggo pada Juni 2025 mengalami inflasi bulanan sebesar 0,37% (month-to-month/mtm), sedikit lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,35% (mtm). 

"Secara tahunan, Kota Probolinggo tercatat mengalami inflasi sebesar 2,21% (year-on-year/yoy)," kata Febrina, Kamis (3/7/2025).

Inflasi di Kota Probolinggo periode Juni 2025, didorong oleh kenaikan harga kelompok kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan andil sebesar 0,31% (mtm).

Berdasarkan komoditasnya, penyebab inflasi pada Juni 2025 disebabkan kenaikan tarif listrik, kenaikanan harga komoditas beras, cabai rawit, emas perhiasan, telur ayam ras, dan mobil masing-masing dengan andil 0,15%, 0,07%, 0,04%, 0,03% dan 0,02% (mtm). 

Kenaikan harga beras terjadi seiring berakhirnya musim panen dan kenaikan harga pembelian di level penggilingan padi.

Di sisi lain kenaikan harga komoditas cabai rawit terjadi akibat peningkatan permintaan pada momen Iduladha di tengah terbatasnya pasokan seiring periode masa transisi tanam.

Sementara kenaikan harga emas perhiasan terjadi sejalan tren kenaikan harga komoditas emas global. Sementara kenaikan harga telur ayam ras seiring dengan kenaikan biaya pakan dan produksi. 

Inflasi yang tinggi tertahan oleh deflasi pada komoditas bawang putih dengan andil -0,06% (mtm) dan komoditas gula pasir, bensin, cumi-cumi, dan tarif kereta api masing-masing dengan andil -0,01% (mtm). 

Penurunan harga bawang putih akibat realisasi impor yang meningkat serta distribusi yang baik. Sementara penurunan tarif kereta api seiring dengan adanya program diskon tarif 30% untuk perjalanan kereta api kelas ekonomi non-subsidi selama periode 5 Juni hingga 31 Juli 2025..

Meski begitu, Febrina menilai tekanan inflasi Kota Probolinggo pada Juni 2025 tetap terjaga. Hal ini tidak terlepas dari sinergi dan koordinasi dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang diwujudkan melalui sinergi kolaboratif dalam pengendalian inflasi, di antaranya, melaksanakan Gerakan Pasar Murah/GPM di 4 lokasi di kota Probolinggo.

Selain itu juga pembentukan KAD (Kerjasama Antar Daerah) dengan Kabupaten Blitar untuk komoditas telur dan jagung, pembukaan Toko Kopi Siaga dan Warung Inflasi, pemantauan harga bahan pangan pokok, dan rapat koordinasi (rakor) rutin mingguan pengendalian inflasi bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) selama bulan Juni 2025.

Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai inflasi yang terjadi pada Juni dapat dimaknai sebagai kinerja positif. Artinya, inflasi ini didorong oleh kenaikan permintaan. 

Dengan kata lain, daya beli masyarakat meningkat seiring dengan berbagai program bantuan sosial (bansos) yang cair di bulan Juni.

Hal ini juga didasarkan pada sisi produksi komoditas pangan seperti beras yang tidak terdapat penurunan yang signifikan.

Menurutnya, stok Bulog pun masih aman untuk operasi pasar. Data sampai dengan Mei, stok beras Bulog Probolinggo mencapai 43 ribu ton. 

Di sisi lain, imported inflation datang dari emas karena geoplitik yang memenas di Timur Tengah. Dalam pengendalian inflasi ini, pemerintah daerah diminta fokus pada pengendalian komoditas pangan, karena memiliki bobot yang tinggi pada perhitungan inflasi. 

KAD dengan Kabupaten Blitar, menurut Joko, sudah tepat karena akan berdampak pada jaminan pasokan dan distribusi komoditas pangan, khususnya telur dan jagung. 

"Tentunya KAD ini dapat diperluas dengan daerah lain dan dengan komoditas pangan yang berbeda," ucap Joko yang juga Peneliti Senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi FEB UB itu.

Joko menilai, pemerintah daerah tidak sendiri dalam meredam inflasi. Pemerintah pusat terus memberikan afirmasi kebijakan sesuai dengan pola dan pergerakan situasional seperti diskon tarif kereta api untuk menghindari lonjakan harga saat liburan sekolah. Sinergi ini makin memperkuat dan mempermudah dalam mencapai target inflasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Choirul Anam
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper