Bisnis.com, MALANG — Prospek penjualan rumah tipe menengah-bawah di Jatim diproyeksikan tumbuh positif di tengah ancaman resesi global.
Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia Jatim, Makhrus Sholeh, mengatakan dengan normalnya mobilitas masyarakat, maka kebutuhan membeli rumah menjadi mendesak, meski pengamat ekonomi memprediksikan pada tahun ini ada ancaman resesi global.
“Resesi tidak berpengaruh karena konsumen rumah menengah-bawah atau rumah bersubsidi kan masyarakat berpenghasilan menengah-bawah juga, UMK,” katanya di Malang, Kamis (12/1/2022).
Ancaman bisnis segmen ini justru inflasi. Jika inflasi tidak terjaga dan melambung tinggi, maka pada gilirannya akan menggerus pendapatan masyarakat berpenghasilan tetap, target konsumen dari rumah menengah dan bersubsidi.
Dia optimistis, tahun ini inflasi dapat terjaga rendah. Oleh karena itulah maka prospek penjualan rumah menengah dan bersubsidi akan lebih baik dari tahun lalu karena mobilitas masyarakat sudah normal.
Dia memperkirakan, penjualan rumah menengah dan bersubsidi tahun ini bisa naik 20 persen bila dibandingkan 2022 yang angka penjualan berkisar 15.000 unit, 30 persen di antaranya rumah menengah dengan harga di bawah Rp500 juta.
Baca Juga
Adapun yang menjadi masalah selain inflasi, kata dia, kesulitan masyarakat menyediakan uang muka KPR, meski secara pendapatan sebenarnya mereka bankable.
Ada kecenderungan masyarakat berperilaku konsumtif karena banyak yang tertarik pada penawaran dari marketplace dan pemasaran digital lainnya. Oleh karena itu, pengembang menyiasati dengan mensubsidi uang muka.
Kebutuhan uang muka, BPHTB, administrasi perbankan dan lainnya sekitarnya Rp14 juta/unit. Beberapa pengembang memberikan subsidi sehingga end user cukup membayar tanda jadi Rp3 juta, sudah dapat menikmati rumah bersubsidi. Saat ini, ada sekitar 300 pengembang yang tergabung di Apersi Jatim.
Menurut dia, hampir semua daerah di Jatim berpotensi dibangun rumah bersubsidi, kecuali daerah-daerah yang sudah karena harga tanahnya mahal, yakni Sidoarjo, Surabaya, Kota Malang, dan Mojokerto.
Kepala Kantor Perwakilan BI Malang, Samsun Hadi, optimistis inflasi pada tahun ini dapat terjaga rendah di kisaran 3 persen ± 1 persen karena berbagai faktor.
Menurut dia, beberapa yang dapat menjadi faktor pengendali inflasi pada 2023, yakni cuaca yang lebih mendukung, hama tanaman terkendali, dampak lanjutan kenaikan harga BBM pada September 2022 mulai mereda, dan tren penurunan harga komoditas global.
“Inflasi di wilker BI Malang pada 2022, mencapai 5,95 persen, sedangkan Kota Malang 6,45 persen,” katanya di Pasuruan, akhir pekan lalu.(K24)