Bisnis.com, MALANG — Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (PPKE FEB UB) memprediksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,9 persen tahun ini, lebih tinggi dari proyeksi Kemenkeu dan Bank Indonesia, dengan mempertimbangkan faktor fundamental yang masih kuat.
Direktur PPKE FEB UB, Prof Candra Fajri Ananda, mengatakan ekonomi nasional pada 2023 optimistis tumbuh 5,59 persen. Jika mengacu pada prediksi BI dan Kemenkeu, setidaknya pertumbuhan di kisaran 5 persen.
“Jika dilihat secara makro, kondisi ekonomi Indonesia masih lebih baik dibandingkan dengan negara lain,” katanya, Rabu (4/1/2023).
Menurut dia, hal tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2022 mengalami peningkatan. Pada triwulan I/2022 pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,83 persen kemudian pada triwulan II/2022 meningkat menjadi 5,60 persen dan pada triwulan III/2022 meningkat menjadi 5,77 persen.
Beberapa lembaga besar nasional maupun global memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 akan meningkat. IMF memperkirakan Indonesia tumbuh optimis sebesar 5 persen, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional berkisar antara 4,5 persen sampai 5,3 persen, sedangkan Kementerian Keuangan memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,3 persen pada 2023.
Sejak pandemi terjadi, menurut dia, dunia selalu berada dalam ketidakpastian. “Memang demikianlah keadaan saat ini, ekonomi dunia pun terancam menghadapi perlambatan di tahun 2023.
Baca Juga
Resesi yang diprediksi akan muncul pada 2023, dia mengingatkan, perlu diwaspadai meski perekonomian Indonesia relatif less connected dengan perekonomian global.
Keterkaitan dan dampak perekonomian global terhadap perekonomian Indonesia pun tak bisa dipandang remeh, terutama dalam jalur ekspor-impor dan jalur aliran modal asing.
Komponen ekspor-impor dalam perekonomian Indonesia berkontribusi sekitar 20 persen. Resesi global dipastikan akan melemahkan ekspor yang merupakan salah satu mesin utama pertumbuhan dan 'menjadi penyelamat' Indonesia ketika berada di masa pemulihan pasca pandemi ini.
Selanjutnya, melemahnya ekspor yang diikuti melemahnya aliran modal asing, baik FDI maupun investasi portofolio, pun akan melemahkan nilai tukar rupiah, terlebih aliran modal keluar berpotensi meningkat seiring kenaikan bunga acuan di negara-negara maju.
Resesi akan membawa berbagai sektor dalam perekonomian yang terintegrasi antar negara sulit terhindar dari dampak negatif ancaman pelemahan ekonomi global di tahun mendatang.
Candra Fajri Ananda, berpendapat industri hasil tembakau, selain UMKM dan pariwisata, dapat menjadi salah satu penyelamat ancaman resesi 2023 yang dipicu kondisi ketidakpastian ekonomi global.(K24)