Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suparma (SPMA) Pasang Target Penjualan Rp3,4 Triliun pada 2023

Perseroan masih cukup optimistis untuk memasang target pertumbuhan 10 persen lantaran Indonesia diprediksi tidak akan mengalami resesi atau pertumbuhan minus.
Industri tisu./JIBI
Industri tisu./JIBI

Bisnis.com, SURABAYA — Produsen tisu, PT Suparma Tbk (SPMA) memproyeksikan kinerja penjualan bersih tahun depan bisa tumbuh sedikitnya 10 persen atau mampu mencapai Rp3,4 triliun.

Direktur Suparma, Hendro Luhur mengatakan di tengah tantangan ketidakpastian ekonomi global ke depan, perseroan masih cukup optimistis untuk memasang target pertumbuhan 10 persen lantaran Indonesia diprediksi tidak akan mengalami resesi atau pertumbuhan minus.

“Kita melihat bahwa Indonesia sendiri optimistis dengan pertumbuhan ekonomi tahun depan masih akan positif dan tidak akan mengalami yang disebut resesi. Bahkan tahun ini di tengah gejolak ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup bagus 5,72 persen,” jelasnya dalam virtual Paparan Publik, Jumat (25/11/2022).

Dia mengatakan kinerja penjualan bersih perseroan tahun ini hingga September pun mampu mencapai Rp2,35 triliun atau tumbuh 22,5 persen. Capaian tersebut setara dengan 76 persen dari target yang ditetapkan tahun ini yakni Rp3,1 triliun meningkat dibandingkan capaian 2021 yakni Rp2,79 triliun.

“Dan sampai Oktober atau 10 bulan ini capaian penjualan sudah mencapai 84 persen atau Rp2,6 triliun. Kalau secara matematika mustinya kita optimistis target Rp3,1 triliun akan tercapai sampai Desember nanti,” imbuhnya.

Sejalan dengan capaian kinerja penjualan bersih, lanjut Hendro, hingga September 2022 SPMA berhasil mencatatkan pertumbuhan laba komprehensif sebesar Rp59,3 miliar atau 3,17 persen.

“Begitu juga dengan kapasitas terpasang produksi tisu kita, mengalami peningkatan dari 250.000 MT (metric ton) menjadi 305.900 MT atau naik 21,9 persen karena mesin PM 10 telah berproduksi komersial pada 7 Maret lalu,” jelasnya.

Hendro menambahkan, untuk mencapai tahun depan perseroan akan memperkuat pasar dalam negeri, meskipun juga tetap akan melakukan ekspor sebagai langkah hedging antara ekspor dan impor di saat terjadi kenaikan harga bahan baku.

“Soal kenaikan harga bahan baku memang industri tisu terdampak. Sepanjang tahun ini, hingga Oktober, harga bahan baku pulp naik lebih dari 30 persen, dan jenis pulp yang digunakan adalah lokal yang naiknya bahkan 66 persen dibandingkan harga di awal tahun,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper