Bisnis.com, SURABAYA — Produsen kertas tisu PT Suparma Tbk (SPMA) mencatatkan kinerja penjualan bersih selama lima bulan ini mencapai Rp1,08 triliun atau setara 33,8 persen dari target penjualan bersih tahun ini sebesar Rp3,2 triliun.
Direktur Suparma, Hendro Luhur mengatakan secara volume, penjualan sepanjang Januari-Mei 2023 itu tercatat mencapai 82.849 MT atau setara dengan 32,8 persen dari target kuantitas penjualan produk kertas 2023 yang sebesar 252.400 MT.
“Sedangkan untuk hasil produksi kertas Suparma pada periode lima bulan tahun ini adalah sebesar 90.071 MT atau setara dengan 36,2 persen dari target produksi kertas 2023 yang sebesar 248.600 MT,” jelasnya, Kamis (8/6/2023).
Dia mengatakan capaian penjualan tahun ini juga meneruskan kinerja positif yang telah dicapai pada 2022, yang tercatat meraih penjualan bersih sebesar Rp3,1 triliun atau meningkat 12,3 persen (yoy).
Pertumbuhan penjualan bersih terutama disebabkan oleh naiknya harga jual rata-rata produk kertas Suparma pada 2022 sebesar 13,1 persen dibandingkan harga jual rata-ratanya di 2021. Secara kuantitas penjualan produk kertas Suparma selama 2022 mencapai 212.100 MT.
Naiknya penjualan bersih Suparma yang melebihi kenaikan beban pokok penjualan menyebabkan marjin laba kotor 2022 mengalami peningkatan menjadi 22,9 persen dari semula 21,1 persen pada 2021.
Baca Juga
“Sepanjang tahun lalu, beban penjualan mengalami kenaikan sebesar 14,1 persen yang terutama disebabkan oleh meningkatnya beban ekspor dan pengangkutan sebesar 11,3 persen. Sedangkan beban umum dan administrasi mengalami penurunan sebesar -2,8 persen yang disebabkan oleh menurunnya biaya penanganan Covid-19 sebesar 79,3 persen,” ujarnya.
Untuk tahun ini, lanjut Hendro, perseroan sedang mengalokasikan belanja modal sebesar US$10 juta untuk pembelian Steam Boiler baru yang lebih ramah lingkungan dibandingan Steam Boiler yang sudah ada.
Nantinya steam boiler baru tersebut akan meningkatkan kapasitas keluaran steam yang digunakan untuk proses pengeringan kertas sebesar 16 persen dari semula 155 ton/hari menjadi 180 ton/hari.
“Steam boiler yang baru lebih ramah lingkungan karena ditunjang dengan spesifikasi penggunaan bahan baku batu bara sebesar 25 persen atau sekitar 60 persen lebih rendah dibandingkan steam boiler Suparma yang sudah ada, serta sisanya memanfaatkan limbah sludge IPAL, limbah plastik dan limbah kayu untuk diubah menjadi energi panas,” paparnya.