Bisnis.com, MALANG — Keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Jatim pada kuartal II/2022 sangat bergantung pada penguatan daya beli karena pengeluaran rumah tangga menopang hampir 60 persen ekonomi daerah tersebut.
Ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menjelaskan untuk mendorong penguatan daya beli, instrumen yang bisa dilakukan a.l lewat belanja daerah. Namun kinerja belanja daerah di kuartal I yang masih melempem perlu harus segera diperbaiki.
“Kuartal II/2022 menjadi momentum percepatan belanja daerah di sektor produktif dan padat karya akan menstimulasi perekonomian terus melambung lebih tinggi,” katanya, Selasa (10/5/2022).
Menurut dia, kinerja positif sektor industri, transportasi, dan pergudangan serta ekspor menjadi indikasi kuat gairah membara perekonomian Jawa Timur. Infrastruktur dan logistik yang terus membaik menjadi modal dasar meningkatkan daya Jatim dalam percaturan perdagangan di regional Asia Tenggara dan Indonesia Timur.
Fakta ini perlu diperkuat dengan stimulus fiskal yang lebih terarah dengan integrasi dan pelayanan perizinan yang lebih mudah dan cepat. Hambatan-hambatan perdagangan perlu diminimalisir agar tidak menyebabkan high cost economy, khususnya dalam urusan logistik di pelabuhan dan bandara.
Potensi pertumbuhan tinggi pada kuartal II/2022, Joko menegaskan, masih sangat memungkinkan karena berkah Ramadan dan lebaran serta mudik pada awal kuartal II.
Baca Juga
“Peningkatan konsumsi pada periode tersebut menjadi tabungan untuk pertumbuhan pada kuartal II,” ucap Joko yang juga Peneliti Senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi FEB UB itu.
Meski pemerintah mengeluarkan kebijakan pelarangan ekspor CPO, dia menegaskan, kebijakan tersebut tidak akan banyak mengganggu kinerja ekspor. Pasalnya, komoditi utama ekspor Jatim tidak hanya CPO tetapi ditopang oleh produk tembaga, perhiasan, kayu, kimia, daging, ikan, furniture, dan kertas. Oleh karena itu, perluasan pasar industri terus dilakukan secara berkelanjutan, khususnya perdagangan antar pulau.
Dia menilai, kinerja positif ekonomi pada kuartal I menjadi indikasi kuat perekonomian pada rel pemulihan pasca pandemi. Berbagai percepatan bansos dan jaring pengaman sosial menjadi amunisi dalam memperkuat daya beli selama Ramadan dan menjelang hari raya di tengah gempuran melonjaknya berbagai harga kebutuhan pangan strategis dan kebijakan penyesuaian harga BBM dan energi.(K24)