Bisnis.com, SURABAYA - Sejumlah komoditas penting untuk memenuhi kebutuhan Ramadan dan Lebaran tahun ini telah mendorong terjadinya inflasi tinggi sebesar 1,05 persen pada April 2022.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan pada April 2022, sebanyak delapan kota dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) seluruhnya mengalami inflasi, yang tertinggi terjadi di Kota Malang 1,44 persen, dan terendah di Sumenep 0,95 persen.
“Jika dilihat secara tahun kalender yakni April 2022 terhadap Desember 2021, inflasi Jatim sudah mencapai 2,28 persen, dan jika dilihat dari tahun ke tahun yakni April 2022 terhadap April 2021, inflasi Jatim mencapai 4,01 persen,” ujarnya dikutip dari paparan channel Youtube, Selasa (10/5/2022).
Adapun sejumlah komoditas yang telah menyumbang inflasi Jatim pada April 2022 di antaranya bensin atau bahan bakar minyak (BBM) yang mengalami perubahan harga naik 5,87 persen, minyak goreng naik 20,61 persen, angkutan udara 7,46 persen, dan rokok kretek filter naik 1,03 persen.
“Di sektor pangan, harga daging ayam ras juga mengalami peningkatan 4,52 persen saat menjelang Lebaran, lalu telur ayam ras naik 4,28 persen, pecel 6,96 persen, ayam hidup 9,54 persen, daging sapi 1,90 persen, dan sop 10,47 persen,” jelasnya.
Sementara sejumlah komoditas yang cukup menghambat laju inflasi alias deflasi di antaranya adalah cabai rawit yang turun harga -27,16 persen, disusul cabai merah -8,13 persen, bawang merah -4,04 persen, beras -0,13 persen, tomat -3,86 persen, brokoli -14,06 persen, kepitingg/rajungan -8,19 persen, telepon selular -0,31 persen, kulkas/lemari es -1,33 persen, dan ikan cakalang diawetkan -12,66 persen.
Baca Juga
“Penurunan harga sejumlah komoditas yang mengalami deflasi ini salah satunya dipicu oleh adanya momen panen raya baik tanaman hortikultura seperti cabai, maupun tanaman pangan seperti beras,” jelasnya.
Pengamat Ekonomi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Wisnu Wibowo mengatakan momen Lebaran kali ini memang telah diprediksi akan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih baik lagi, terutama dipicu dari sisi konsumsi masyarakat selama libur Lebaran.
“Selama dua tahun ini kan sisi konsumsi kita terkontraksi karena pandemi, dan konsumsi punya peranan terhadap pembentukan PDB kita 56 persen, artinya konsumsi itu bisa digenjot dari momentum Lebaran,” katanya.
Hanya saja, peningkatan sisi konsumsi ini juga akan mendorong laju inflasi karena sejumlah komoditas pokok telah mengalami kenaikan harga sejak dua bulan terakhir. Seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, kata Wisnu, harga pangan selama Ramadan atau April 2022 mengalami kenaikan terutama pada komoditas minyak goreng dan transportasi.
“Mobilitas orang yang meningkat, terutama adanya momen mudik ini mendorong kenaikan tarif angkutan. Namun ke depan diharapkan pemerintah tetap bisa menjaga daya beli masyarakat supaya sektor konsumsi di kuartal II bisa optimal utamanya dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi,” imbuhnya.