Bisnis.com, SURABAYA - Produsen kertas dan tisu PT Suparma Tbk (SPMA) optimistis penjualan bersih sampai akhir tahun ini bisa terealisasi sesuai dengan target Rp2,5 triliun seiring dengan semakin pulihnya kondisi pasar setelah terdampak pandemi Covid-19.
Direktur Suparma, Hendro Luhur, mengatakan keyakinan tersebut sejalan dengan realisasi kinerja penjualan bersih yang sudah berjalan sepanjang Januari - Oktober 2021 yang telah mencapai 88,4 persen dari target yakni penjualannya telah mencapai Rp2,21 triliun. Penjualan secara kuantitas mencapai 170.555 MT atau setara 84,2 persen dari target 206.000 MT.
“Kami sangat optimistis target penjualan bersih maupun kuantitas kita bisa tercapai karena dalam perjalanan di tahun ini kinerjanya bisa tumbuh positif bahkan capaiannya sepeperti realisasi 2019 yakni Rp2,51 triliun. Ini artinya Suparma telah berhasil melalui krisis yang disebabkan oleh pandemi tahun ini,” ujarnya dalam virtual paparan publik, Kamis (18/11/2021).
Dia memaparkan untuk kinerja penjualan bersih perseroan hingga September 2021 saja telah mencapai Rp1,92 triliun atau tumbuh 25 persen dibandingkan periode yang sama 2020. Sedangkan realisasi laba usaha pada September 2021 mencapai Rp264 miliar, atau tercapai 105,6 persen dari target akhir tahun sebesar Rp250 miliar.
“Penjualan bersih kita bisa naik sampai 25 persen ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga jual rata-rata yang mencapai 17,9 persen, lalu disusul adanya kenaikan penjualan secara kuantitas,” jelasnya.
Hendro mengatakan kapasitas produksi terpakai pada periode tahun ini ditargetkan mencapai 206.000 MT. Namun hingga Oktober 2021 sudah berhasil mencapai 170.555 MT.
Baca Juga
“Kapasitas produksi kita juga mengalami peningkatan kalau kita melihat kondisi sebelum dan sesudah pandemi. Pada 2019 kapasitas terpakai kita mencapai 205.205 MT, kemudian pada 2020 turun menjadi 198.684 MT akibat pandemi, dan pada 2021 diyakini bisa tembus 206.000 MT.
“Target kapasitas produksi tahun ini kenapa lebih rendah? Ini karena ada komposisi produk yang lebih ringan, jadi bukan karena utilitasnya menurun,” jelasnya.
Hendro menambahkan potensi industri kertas dan tisu ke depan akan semakin bagus seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian. Perseroan juga meyakini proyek penambahan kapasitas yang masih dalam progres akan berjalan sesuai dengan rencana.
“Proyek penambahan mesin nomor 10 (PM10) yang menelan investasi US$32,1 juta ini direncanakan produksi komersialnya pada Maret 2022, karena sempat beberapa kali tertunda karena pandemi,” ujarnya.
Rencana kapasitas terpasang untuk proyek PM 10 tersebut yakni mencapai 54.000 MT dengan komposisi rencana produksi yakni produk Hand Towel (HT) 49 persen, Wrapping Kraft (WK) 33 persen, dan kertas laminasi MG sebanyak 18 persen.