Bisnis.com, SURABAYA - Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur di sepajang 2021 diperkirakan bakal tumbuh positif atau lebih baik dibandingkan dengan kondisi perekonomian di 2020 yang menjadi awal terjadinya pandemi Covid-19.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia - Jatim, Budi Hanoto, mengatakan tahun lalu memang pertumbuhan ekonomi Jatim mengalami kontraksi atau minus. Namun di tahun ini cukup menunjukkan adanya kebangkitan ekonomi, meskipun di kuartal III/2021 diperkirakan ada sedikit penurunan menjadi sekitar 4 persenan.
“Saya perkirakan di kuartal III/2021, pertumbuhan ekonomi Jatim akan turun atau lebih rendah dibandingkan kuartal II/2021 yang mampu tumbuh 7,05 persen. Hal ini disebabkan oleh adanya pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM sejak Juli - September yang menghambat aktivitas ekonomi,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (4/11/2021).
Namun begitu, lanjutnya, secara keseluruhan hingga Desember mendatang, pertumbuhan ekonomi Jatim diyakini bakal lebih baik dibandingkan 2020. Bahkan, prospek perekonomian Jatim akan semakin baik pada 2022.
“Sektor-sektor usaha sekarang sudah mulai buka, di Jatim industri makanan minuman masih menjadi tulang punggung, lalu beberapa sektor lain seperti pertanian juga masih tinggi. Nah, perdagangan dan transportasi pun akan semarak seiring dengan tren konsumsi yang meningkat karena mobilitas sudah berjalan lagi,” ujarnya.
Terpisah, Ketua Forum Komunikasi Asosiasi Pengusaha (Forkas) Jatim, Eddy Widjanarko juga menilai prospek ekonomi tahun depan akan semakin bagus, asalkan tidak ada gelombang ketiga Covid-19 yang masih menjadi kekhawatiran pengusaha.
Baca Juga
“Di kuartal terakhir tahun ini industri-industri sudah mulai jalan, mulai bangkit seperti industri sepatu, garmen, makanan minuman. Beberapa lainnya memang masih ada yang stagnan seperti baja, kertas dan beberapa lainnya,” ujarnya.
Selain itu, di sektor ritel juga sudah menunjukkan geliat ekonomi yang membaik. Banyak toko-toko Sudah mulai buka, termasuk mal atau pusat perbelanjaan juga sudah ramai dikunjungi.
“Pelan-pelan ada kenaikan, ini mal sekarang juga sudah diizinkan buka penuh sampai pukul 21.00. Ini ada tanda-tanda positif. Saya kira pertumbuhan ekonomi kita bisa sekitar 4,38 persen atau tidak sampai 5 persen,” katanya.
Menurutnya, ke depan roda perekonomian masih bergantung pada situasi pandemi dan pembatasan kegiatan atau PPKM. Pengusaha pun masih belum bisa memprediksi sesuatu yang tidak pasti terhadap situasi pandemi ke depan.
“Kita sendiri tidak bisa menduga, seperti Singapura yang sangat ketat sekali saat pandemu, ternyata tiba-tiba naik lagi kasus Covid-19 nya. Kita juga was-was, takutnya Desember - Januari meningkat lagi karena ada momen liburan seperti yang terjadi akhir tahun lalu,” imbuhnya.
Meski begitu, pengusaha berharap pemerintah tidak mudah mengubah-ubah kebijakan yang dinilai membingungan pengusaha, terutama kebijakan protokol kesehatan bagi industri.
“Kalau bisa jangan buat aturan pandemi selalu berubah-ubah, prokes untuk di industri kita jadi sudah karena untuk syarat perjalanan diubah-ubah jadi bingung,” imbuhnya.