Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jatim Dorong Ekonomi Syariah Lebih Luas

Potensi pesantren di Jatim diharapkan tidak hanya menyediakan produk-produk halal, tetapi juga menjadi destinasi wisata halal di sekitar pesantren baik dari potensi alam seperti pantai, gunung maupun situs budaya.
Kepala BI Jatim Budi Hanoto dalam Opening Fesyar Regional Jawa 2021
Kepala BI Jatim Budi Hanoto dalam Opening Fesyar Regional Jawa 2021

Bisnis.com, SURABAYA - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendorong peningkatan ekonomi syariah ke depan bisa lebih meluas tidak hanya di sektor makanan dan minuman, serta fesyen tetapi juga sektor pariwisata di Jatim yang memiliki potensi sangat besar.

Khofifah mengatakan Pemprov Jatim tidak ingin potensi pesantren di Jatim hanya menyediakan produk-produk halal, tetapi juga perlu memiliki visi menjadikan destinasi wisata halal di sekitar pesantren baik dari potensi alam seperti pantai, gunung maupun situs budaya.

“Ini peluang bagi kita semua untuk bisa memberikan ruang, bagaimana sebetulnya industri halal termasuk pariwisata halal itu bisa jadi peluang usaha kita semua. Seperti Jepang, tahun lalu berharap bisa jadi industri halal sebagai kontributor kunci perekonomian, begitu juga dengan Korea Selatan yang visinya jadi destinasi wisata halal,” katanya dalam virtual Opening Fesyar 2021, Senin (27/9/2021).

Pandangan dunia terhadap produk halal juga beragam, seperti Arab Saudi ingin menjadi pusat Islam dunia, China pada ekspor baju muslim tertinggi ke Timur Tengah sebesar US$28 miliar, Malaysia ingin menjadi pusat industri halal dan keuangan syariah global, Brazil ingin jadi pemasok daging unggas halal terbesar ke Timur Tengah, dan Australia juga ingin jadi pemasok daging sapi halal terbesar, Thailand punya visi menjadi dapur halal dunia dan London ingn sebagai pusat keuangan syariah di barat.

Khofifah mengatakan, dalam pengembangan ekonomi syariah di Jatim saat ini juga masih ada pekerjaan rumah lainnya yang perlu digarap yakni potensi Jatim sebagai pemasok daging halal. 

“Ini menjadi PR kami, bahwa Rumah Potong Hewan (RPH) yang berbasis syariah hari ini kita masih sangat minim. Kalau boleh, ini dijadikan action plan dari pertemuan Fesyar se-Jawa,” ujarnya.

Khofifah menjelaskan potensi ekonomi syariah Jatim sangat besar terutama dalam menyuplai kebutuhan pasar produk halal secara global. Populasi umat Islam di dunia pada 2023 diperkirakan mencapai 2,15 miliar jiwa atau setara 26 persen dari populasi dunia. Sedangkan pasar produk halal di Asia-Pasifik ada sekitar 62 perse, di Afrika ada 15 persen, Timur Tengah 20 persen, Eropa dan Amerika Serikat 3 persen.

“Halal ini sudah menjadi gaya hidup masyarakat global, dan ini artinya konektivitas kita dengan negara Asia Pasifik potensinya luar biasa,” katanya.

Data Global Islamic Economy mencatat, bahwa Indonesia kini sudah masuk urutan ke-4 dari Top 10 pada industri halal food, dan urutan ke-5 untuk media halal, urutan ke-3 untuk sektor mode dan fesyen halal, dan urutan ke-6 untuk friendly travel halal, serta urutan ke-7 untuk islamic financial, serta urutan ke-6 untuk farmasi dan kosmetik halal.

“Nah nantinya yang perlu kita petakan, Hebitren (Himpunan ekonomi bisnis pesantren) dan OPOP (one pesantren one product) Jatim kita akan masuk ke sektor apa. Kalau halal food sudah luar biasa, rekreasi wisata halal punya potensi luar biasa, dan fesyen juga demikian. Ini potensi yang sudah terbangun selama ini, dan mari kita kuatkan kembali dan kita maksimalkan selama Fesyar ini,” imbuh Khofifah.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia - Jatim, Budi Hanoto mengatakan dalam Fesyar kali ini BI ingin mendorong penguatan potensi ekspor halal dalam mendukung perkembangan ekonomi syariah di Jatim.

“Tentunya dalam penguatan ekspor halal diperlukan integrasi yang kuat dari halal value chain mulai dari penguatan di keuangan syariah, penguatan UMKMnya, dan penguatan ekonomi digitalnya,” ujarnya.

Budi menambahkan, di Jatim sendiri memiliki 6.000an pesantren yang sangat potensial untuk dikembangkan. Namun begitu, pekerjaan rumah yang telah disebutkan Gubernur Khofifah menjadi tantangan besar sebab selama ini Indonesia yang memiliki penduduk muslim terbesar tetapi masih menjadi konsumen.

“Sehingga kita perlu bersama untuk menjadikan ini negara produsen. Kita punya beberapa program untuk mendorong itu, seperti OPOP dan Hebitren yang diharapkan menjadi acuan untuk mendorong pesantren lebih produktif,” ujarnya.

 Adapun dalam ajang Fesyar Regional Jawa 2021 yang berlangsung mulai 27 September - 2 Oktober 2021 ini, Bank Indonesia mengambil tema sinergi membangun ekonomi syariah melalui digitalisasi untuk pemulihan ekonomi. 

“Dalam Fesyar yang digelar secara hybrid ini akan ada talkshow bisnis syariah, kompetisi desain fesyen, dan forum perkembangan ekonomi dan keuangan syariah,” imbuhnya.

Dalam pembukaan Fesyar yang digelar di Tunjungan Plaza Surabaya tersebut, telah dilakukan deklarasi Rumah Kurasi yang bertugas memperkuat UMKM dan One Pesantren One Product (OPOP), kerja sama MoU Hebritren (Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren) se-Jawa, penyaluran pembiayaan Zizwaf, serta teknologi finansial (tekfin) untuk pembiayaan UMKM produktif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper