Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perubahan Perilaku Masyarakat Madiun saat Pandemi, Begini Potretnya

Selama PPKM kesulitan terbesar yang dialami responden adalah mendapatkan alat-alat kesehatan.
Pekerja membuat tas berbahan kain di tempat Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Madiun, Jawa Timur, Sabtu (31/7/2021). Perajin UMKM tersebut tetap bertahan untuk berproduksi meskipun saat PPKM permintaan turun dari sebelum pandemi 20.000 buah per bulan menjadi 2.000 buah per bulan dengan harga Rp9 ribu hingga Rp18.000 per buah./Antara-Siswowidodo
Pekerja membuat tas berbahan kain di tempat Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Madiun, Jawa Timur, Sabtu (31/7/2021). Perajin UMKM tersebut tetap bertahan untuk berproduksi meskipun saat PPKM permintaan turun dari sebelum pandemi 20.000 buah per bulan menjadi 2.000 buah per bulan dengan harga Rp9 ribu hingga Rp18.000 per buah./Antara-Siswowidodo

Bisnis.com, MADIUN — Perilaku masyarakat, dalam hal ini warga Kota Madiun, Jawa Timur, ternyata berubah akibat pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari satu tahun.

Untuk merekam perubahan perilaku masyarakat itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun melakukan Survei Perilaku Masyarakat pada Masa Pandemi Covid-19 (SPMPMPC-19).

Survei dilakukan BPS Kota Madiun selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Seperti diketahui, pada awal Juli 2021, pemerintah mengambil kebijakan itu untuk menekan angka kasus Covid-19 yang mengalami peningkatan.

“Dalam survei ini responden sebanyak 1.666 warga Kota Madiun. Survei ini menggunakan rancangan non-probability sampling disebarkan secara berantai,” kata Kepala BPS Kota Madiun, Dwi Yuhenny, Senin (9/8/2021).

Survei yang dilakukan dalam tempo waktu mulai tanggal 13 hingga 20 Juli 2021 merekam perubahan-perubahan perilaku masyarakat di Kota Madiun, khususnya selama masa survei berlangsung. Jika pada awal pandemi corona banyak masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan, untuk saat ini sudah ada perubahan perilaku.

Tingkat kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan selama sepekan terakhir terutama saat di luar rumah menunjukkan 92,26 persen memakai satu masker, 72,63 persen memakai masker dengan dua lapis, 83,55 persen cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, jaga jarak minimal 2 meter sebanyak 78,75 persen responden, dan 86,97 persen responden mengaku mematuhi menghindari kerumunan.

Para responden juga menunjukkan selama PPKM Darurat berlangsung, mereka mengurangi mobilitas di luar rumah sebanyak 84,63 persen, menjaga sirkulasi udara 89,98 persen, menjaga etika batuk sebanyak 83,91 persen, dan meningkatkan imunitas sebanyak 92,50 persen.

Selama masa pandemi Covid-19, sebanyak 34,09 persen masyarakat Kota Madiun tidak pernah melakukan tes Covid-19, 22,51 persen pernah melakukan tes Covid-19 sekali, dan 43,40 persen melakukan tes Covid-19 lebih dari sekali.

Selama PPKM Darurat berlangsung, masyarakat terbukti mengurangi perjalanan keluar rumah atau mobilitas. Responden yang tidak melakukan perjalanan keluar rumah pada saat PPKM Darurat sebanyak 49,4 persen, padahal sebelum aturan itu diberlakukan responden sering keluar rumah dengan angka 32,7 persen.

Sedangkan untuk alat transportasi yang digunakan selama masa PPKM Darurat bagi responden yang melakukan perjalanan yakni dengan sepeda motor 86,24 persen, mobil 38,67 persen, kereta api 1,78 persen, angkutan umum online 1,30 persen.

PPKM Darurat membuat aktivitas masyarakat di dalam rumah lebih banyak. Mayoritas responden menganggap hal itu sebagai hal yang biasa saja yakni 38,1 persen. Sedangkan 34,2 persen dari total responden mengaku sangat jenuh dan 23,7 persen mengaku sangat jenuh.

Perasaan emosi responden selama sepekan terakhir dalam masa PPKM Darurat mengaku biasa saja, bagi responden laki-laki sebanyak 67,3 persen dan responden perempuan 63,2 persen. Menjadi sering cemas, responden laki-laki 20,3 persen dan responden perempuan 27,5 persen. Memiliki rasa takut berlebihan, responden laki-laki 4,2 persen dan responden perempuan 3,3 persen.

Perubahan Perilaku Masyarakat Madiun saat Pandemi, Begini Potretnya

Indikator situasi penanganan Covid-19 di Kota Madiun./Kemenkes

Sedangkan bantuan yang diharapkan responden saat pembatasan mobilitas yakni bantuan sembako 47,24 persen, bantuan obat dan pengawasan kesehatan 39,74 persen, bantuan uang tunai 35,83 persen, penyediaan internet dan sambungan gratis 30,73 persen.

Dwi menuturkan hasil survei ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat kepatuhan responden terhadap protokol kesehatan relatif baik. Meski demikian, responden menganggap bahwa lingkungan sekitarnya relatif lebih abai terhadap protokol kesehatan.

Melihat kondisi itu, sebagian besar responden merasa tidak suka dan memberi teguran yang menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dalam hal mematuhi protokol kesehatan.

“Dalam hal vaksinasi, responden yang telah divaksin mengaku atas kesadaran pribadi untuk menjaga kesehatan. Untuk responden yang belum divaksin, alasan paling dominan adalah menunggu kesempatan, meskipun ada responden yang takut efek samping dan efektivitas vaksin,” jelas dia.

PPKM terbukti efektif membatasi kegiatan masyarakat. Dwi mengatakan selama PPKM kesulitan terbesar yang dialami responden adalah mendapatkan alat-alat kesehatan. Meski demikian, ketercukupan terhadap kebutuhan sembako masih menjadi harapan tertinggi jika PPKM diperpanjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Abdul Jalil
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : JIBI/Solopos
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper