Bisnis.com, MALANG — OJK Malang memproyeksikan penyaluran kredit pada kuartal IV/2020 di wilayah kerja OJK Malang lebih ekspansif dibandingkan kuartal II-III dengan melihat indikator ekonomi di Jatim di kuartal III/2020.
Kepala OJK Malang Sugiarto Kasmuri mengatakan proyeksi optimisme muncul mengacu indikator ekonomi di Jatim pada kuartal III/2020. Pada kuartal III/2020, pertumbuhan ekonomi Jatim memang masih negatif, namun tidak sedalam di kuartal II/2020.
“Di kuartal II/2020, pertumbuhan ekonomi di Jatim minus 5,9 persen, namun pada kuartal III/2020 sudah lebih baik, yakni mencapai minus 3,25 persen,” katanya pada Bincang Media: Harmoni Mewujudkan Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Perspektif Komunikasi, di Malang, Kamis (5/11/2020).
Selain itu, realisasi penyaluran dana program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada kuartal III/2020 secara nasional relatif tinggi. Dari penyaluran dana PEN diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal III dan IV.
Dengan cara itu pula, maka penyaluran kredit di kuartal IV/2020 akan lebih ekspansif dan terpacu sehingga berdampak pada sektor usaha yang ikut bergerak, menggeliat.
Apalagi program relaksasi kredit untuk sektor perbankan diperpanjang hingga 2022. Dengan demikian, masih ada ruang bagi pelaku ekonomi untuk melakukan ekspansi usaha.
Namun dengan melihat indikasi semakin membaiknya kondisi ekonomi di kuartal III/2020 yang diproyeksikan berlanjut pada periode berikutnya, dia memproyeksikan, debitur yang mengajukan program relaksasi pada periode Maret 2021-Maret 2022 tidak banyak. Hal itu terjadi karena sektor usaha sudah mulai bangkit sehingga dapat melunasi kredit-kreditnya, terutama pada periode relaksasi kredit perbankan tahap II.
Sementara itu, terkait kinerja industri perbankan di Wilayah Malang Raya, yakni Kota Malang, Kota Batu, dan Kab. Malang, dia meyakinkan, masih dalam kondisi yang cukup baik di masa pandemi ini.
Di tengah tantangan belum pulihnya sektor-sektor ekonomi di Malang Raya, kredit perbankan masih mengalami pertumbuhan pada Agustus sebesar 5,72 persen secara year on year.
Kondisi ini juga didukung dengan pengelolaan risiko kredit yang sangat baik dengan kisaran rasio kredit bermasalah hanya 2,78 persen atau masih jauh dibawah batas 5 persen.
Perbankan di wilayah Malang Raya juga telah memberikan relaksasi secara selektif kepada debitur-debitur yang terdampak Covid-19, dengan total untuk UMKM sebanyak 69.452 debitur dengan baki debet sebesar Rp5,88 triliun, dan 16.078 debitur non-UMKM dengan baki debet sebesar Rp2,92 triliun.
Namun banyaknya pengajuan relaksasi kredit oleh UMKM ini menunjukkan bahwa UMKM sebagai pelaku ekonomi, kata dia, mengalami dampak secara langsung dari adanya pandemi ini.
Dari sisi dana yang tersimpan di perbankan Malang Raya menunjukkan pertumbuhan 10,85 persen pada Agustus 2020 secara year on year, terutama pada simpanan jenis deposito yang tumbuh 14,11 persen.
Dengan jumlah dana yang tumbuh tinggi dimaksud, ujar Sugiarto, menunjukkan likuiditas di perbankan Malang Raya relatif terjaga secara aman. Tantangan bagi perbankan justru adalah bagaimana menjalankan fungsi intermediasi secara baik dengan melakukan penyaluran kredit kepada sektor-sektor ekonomi yang mulai bangkit pasca dibukanya kembali kegiatan pariwisata di Malang Raya, yakni Kota Malang, Kota Batu, dan Kab. Malang. (K24)