Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Buah Naga Banyuwangi Dapat Kontrak Pembelian 150 Ton dari Jakarta

Dinas Pertanian Pemerintah Kabupetan Banyuwangi, Jawa Timur, mengungkapkan bahwa petani buah naga di daerah itu mendapat kontrak pembelian sebanyak 150 ton dari tiga perusahaan di Jakarta.
Petani melintas di area kebun buah naga di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (22/1/2019)./Antara-Budi Candra Setya
Petani melintas di area kebun buah naga di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (22/1/2019)./Antara-Budi Candra Setya

Bisnis.com, BANYUWANGI – Dinas Pertanian Pemerintah Kabupetan Banyuwangi, Jawa Timur, mengungkapkan bahwa petani buah naga di daerah itu mendapat kontrak pembelian sebanyak 150 ton dari tiga perusahaan di Jakarta.

"Kontrak ini menjadi kepastian pasar dan harga bagi para petani di tengah melimpahnya produksi buah naga saat ini," kata Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi Arief Setiawan pada Selasa (22/1/2019).

Dia mengemukakan kontrak pembelian tersebut berjumlah 150 ton ditandatangani petani dan pembeli di Kantor Dinas Pertanian Banyuwangi. Teknis pengirimannya dilakukan secara bertahap hingga memenuhi target 150 ton.

"Begitu kontrak ditandatangani, pengiriman bertahap langsung dilakukan. Terima kasih kepada Kementerian Pertanian yang ikut memfasilitasi kerja sama ini. Semoga ini membantu menstabilkan harga buah naga yang kini menurun," ujar Arief.

Dari kontrak tersebut, pedagang membeli dengan harga antara Rp5.000 hingga Rp6.000 per kilogram, di atas harga pasar yang kini hanya sekitar Rp2.000.

"Buah yang diambil adalah grade A dan B, menyesuaikan kondisi. Kami dorong kontrak ini terus diperluas, karena bisa menjadi instrumen pengendalian harga komoditas ketika panen raya," kata Arief.

Saat ini, katanya, produksi buah naga memang terus meningkat. Ada lima kecamatan di Banyuwangi yang sedang panen raya secara bersamaan.

Produksi buah naga di Banyuwangi terus meningkat tiap tahun. Pada 2012, produksinya masih sebesar 12.936 ton, lalu meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi 42.349 ton pada 2017.

Meningkatnya jumlah produksi itu, kata Arief, seiring penambahan lahan kebun buah naga yang dikembangkan masyarakat. Pada 2012 baru seluas 539 hektare, pada 2017 sudah mencapai 1.290 hektare.

"Banyak petani yang mengalihkan lahannya dari sawah padi menjadi buah naga karena tergiur keuntungannya. Namun, ketika panen bersamaan memang harganya berpotensi turun," ujar Arief.

Salah seorang petani, Agus Widyaputra, mengaku sangat terbantu dengan adanya kontrak pembelian tersebut. Karena di saat panen raya seperti ini dia dan petani di wilayahnya kesulitan untuk memasarkan hasil panen.

"Melimpahnya panen, buah naga dari lahan kami banyak yang tidak terbeli karena pasar sudah banjir buah naga. Dengan difasilitasi pemasaran ini, kami sangat lega," kata petani asal Kecamatan Tegaldlimo tersebut.

Dari kontrak itu, Agus langsung mengirim 5 ton ke Jakarta. "Rabu besok kami kirim lagi 10 ton," ujarnya.

Arief menambahkan untuk harga buah naga organik saat ini masih stabil di kisaran Rp15.000 per kilogram. "Oleh karena itu, kami mendorong dan memfasilitasi petani menggarap buah naga organik yang harganya lebih stabil," ujarnya.

Arief juga terus mendorong penghiliran buah naga yang sekarang sudah dilakukan sejumlah pelaku usaha dengan mengolah buah naga menjadi beragam jenis makanan, minuman, hingga komestik. "Ini penting untuk memberi nilai tambah agar petani tetap menikmati keuntungan yang memadai."


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper