Bisnis.com, SURABAYA - Industri sarung dan busana muslim cenderung stagnan sejak 2 tahun terakhir.
Direktur PT Behaestex, Najib Abdurrauf Bahasuan mengatakan total market sarung dan busana muslim dalam negeri pada beberapa tahun lalu sekitar Rp4,5 triliun/tahun dan hingga saat ini pasar masih sama dan tidak ada pertumbuhan.
"Permintaan pasar terhadap produk sarung dan busana muslim ini relatif stagnan dan bisa jadi juga menurun karena makro ekonomi kita tidak stabli," katanya, Selasa (18/4/2017).
Dia menjelaskan penurunan terjadi terutama pada permintaan, biasanya konsumen membeli beberapa pieces pada momen tertentu seperti Lebaran, tetapi kini konsumen hanya membeli 2 pieces.
"Industri sarung dan busana muslim termasuk pasar tradisional, kami jualan dalam satu tahun hanya selama 3 atau 4 bulan, sehingga produksi kita bisa terserap pasar sampai 80% saat momen Lebaran," jelas pria yang juga menjadi Ketua Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) itu.
Adapun PT Behaestex sendiri memproduksi dua jenis sarung tenun yakni sarung tenun menggunakan tangan dengan merek BHS yang merupakan produk premium dengan harga sekitar Rp1 juta per lembar, dan sarung tenun menggunakan mesin yang diberi merek Atlas dengan harga sekitar Rp40.000 hingga Rp200.000-an.