Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stagnasi Global, Ekonomi Jatim Tumbuh 5% pada Mei 2025

Kondisi ekonomi regional Jawa Timur (Jatim) tumbuh 5% pada Mei di tengah ketidakpastian dan stagnasi global.
Kondisi ekonomi regional Jawa Timur (Jatim) tumbuh 5% pada Mei di tengah ketidakpastian dan stagnasi global. / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Kondisi ekonomi regional Jawa Timur (Jatim) tumbuh 5% pada Mei di tengah ketidakpastian dan stagnasi global. / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, SURABAYA — Kondisi ekonomi regional Jawa Timur (Jatim) tumbuh 5% pada Mei di tengah ketidakpastian dan stagnasi global.

Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Timur, Dudung Rudi Hendratna, mengatakan pertumbuhan ekonomi Jatim didorong oleh performa kuat sektor pertanian, kelistrikan, dan gas serta konsumsi domestik dan ekspor. 

"Jatim masih menjadi penyumbang PDB (Produk Domestik Bruto) Nasional tertinggi kedua setelah DKI Jakarta," kata Dudung Rudi Hendratna, Jumat (20/6/2025).

Inflasi Jatim secara year-on-year (yoy) pada Mei 2025 adalah sebesar 1,22%, lebih rendah daripada inflasi nasional (1,60%), dan terendah di pulau Jawa.

Secara umum Jatim berhasil menjaga kestabilan harga dibanding rata-rata nasional, khususnya kelompok pangan volatile.

Untuk Nilai Tukar Petani (NTP), pada Mei 2025 sebesar 109,38. Nilai yang masih di atas 100 menunjukan daya beli petani cukup baik. Sebagai daerah lumbung pangan nasional, petani Jatim mampu menjaga usaha taninya berkelanjutan.

Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Wildan Syafitri, mengatakan situasi keamanan yang kondusif didukung momen liburan mendorong peningkatan permintaan domestik. 

Selain itu, kata dia, membaiknya infrastruktur, teknologi digital, dan insentif petani juga mendukung pertumbuhan ekononomi. 

Nanun demikian, dia mengingatkan, tantangan tranportasi seperti kebijakan pidana pada sopir truk yang melanggar aturan Over Dimension and Over Loading (ODOL) perlu diantisipasi.

Ke depan perlu dikuatkan kebijakan insentif pupuh dan benih bagi petani agar NTP bisa meningkat terus sembari memperkuat ketahanan pangan daerah.

Selain itu, dukungan infrastruktur di daerah perlu terus ditingkatkan untuk mengurangi rantai pasok dan biaya ekonomi. Perlu pula diversifikasi atau hilirisasi produk ekspor, seperti olahan pangan dan manufaktur berbasis pertanian.

Kemudian juga perbaikan iklim bisnis dan kemudahan perizinan investasi perlu ditingkatkan di daerah yang selama ini masih mengalami hambatan.

"Masih ada beberapa daerah yang kurang kondusif bagi investasi," kata Wildan yang juga Ketua ISEI Malang itu. Minggu (22/6/2025). 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Choirul Anam
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper