Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Varietas Jagung Raja R7 Mampu Hasilkan 12 Ton/Hektare

Jagung R7 sendiri merupakan hasil pemulia Universitas Brawijaya bekerja sama dengan perusahaan swasta
Foto bersama dosen dan mahasiswa serta masyarakat pada lahan jagung di Malaka, NTT./Istimewa
Foto bersama dosen dan mahasiswa serta masyarakat pada lahan jagung di Malaka, NTT./Istimewa

Bisnis.com, MALANG — Varietas jagung Raja R7 karya pemulia Universitas Brawijaya bekerja sama dengan perusahaan swasta mampu menghasilkan 12 ton/hektare, bahkan jika dijadikan silase bisa mencapai 35-40 ton/hektare.

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Budi Waluyo, bersama warga dan mahasiswa melakukan uji coba mengembangkan Jagung Raja R7 di lahan seluas satu hektare di Satuan Permukiman Transmigrasi Kapitan Meo, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Jagung R7 sendiri merupakan hasil pemulia Universitas Brawijaya bekerja sama dengan perusahaan swasta yang produktivitasnya rata-rata mencapai 12 ton/hektare. Jagung Raja R7 ini bisa dijadikan sebagai tanaman pakan ternak dan bisa jadikan silase. Jika di jadikan silase produktivitasnya mencapai 35-40 ton/hektare.

Budi Waluyo, sebagai pemateri dan pendamping menjelaskan tentang percepatan kemandirian masyarakat transmigran melalui optimalisasi pengelolaan pemasaran komoditas Jagung Raja R7 di Kapitan Meo yang berada pada perbatasan Indonesia dan Timor Leste.

“Hasil diskusi dengan kepala Dinas pertanian Malaka menginginkan produktivitas Jagung Raja R7 bisa mencapai sebanyak 12-16 ton/hektar,” katanya dalam keterangan resminya, Rabu (11/9/2024).

Menurutnya, dari percobaan yang telah dilakukan di beberapa daerah dengan benih Jagung Raja R7 bisa menghasilkan 16 ton/hektare asalkan ada input berupa pupuk. Harapannya, jika menghasilkan tinggi tentu bisa diolah menjadi industri masyarakat sedangkan silase nya bisa menjadi pakan ternak.

“Ke depannya kami dari universitas dan Dinas Transmigrasi dan Pertanian berharap wilayah Kapitan Meo menjadi salah satu pusat unggulan apapun yang berdampak pada masyarakat,” kata Budi.

Malaka khususnya Trans Kapitan Meo dipilih menjadi lokasi karena  sumber daya alamnya bagus, tanah subur namun mempunyai keterbatasan di bidang pengairan. Sehingga, jika dikelola saat musim hujan tentu hasilnya bisa dinikmati. (K24)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Choirul Anam
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper