Bisnis.com, MALANG — Perusahaan pengelola rumah makan, PT Bersama Mencapai Puncak Tbk (BMP) dengan kode emiten BAIK menggunakan dana dari hasil IPO untuk membenahi rumah makan dengan brand Ayam Geprek Nelongso dan mengembangkan usaha supply chain berupa berbagai bahan kebutuhan ke hotel, restoran, dan café.
Direktur Utama PT BMP Tbk, Nanang Suherman, mengatakan dari hasil IPO Januari 2024 lalu telah terkumpul dana Rp62 miliar atau 20% dari total modal dari PT BMP. “Jadi 80% modal BMP masih milik saya dan istri. Kami masih memiliki kendali yang kuat di perusahaan,” ujarnya, Rabu (6/3/2024).
Dana dari hasil IPO tersebut, kata dia, diperuntukkan mengembangkan rumah makan, reborn. Bukan untuk menambah outlet.
Pilihan kebijakan reborn, dia menilai, karena paling strategis dan masuk akal. Hal itu bisa terjadi karena pangsa pasar di outlet yang akan dibenahi sudah jelas, yakni jumlah mahasiswa, mantan mahasiswa, dan calon mahasiswa.
Pertimbangannya, jika menambah jaringan outlet maka harus membangun pasar terlebih dulu, yang belum tentu berhasil.
Kebijakan reborn, berarti bisa menggeser karena kawasannya sudah tidak berkembang, merevitalisasi berupa penataan interior, pelayanan, maupun perluasan serta menambah waktu sewa.
Baca Juga
Reborn rumah makan tersebut, kata dia, dilakukan secara bertahap, tidak serentak langsung membenahi 54 outlet milik PT BMP. Prioritas awal, mengerjakan perbaikan outlet di Jl Soekarno-Hatta. Pembenahan gerai lain dilakukan berdasarkan potensi masing-masing.
Secara rinci, pemanfaatan dana dari IPO, yakni sekitar sebesar 3,48% digunakan perseroan untuk pembelian mesin dan kendaraan operasional untuk menunjang proses distribusi produk dan bahan baku yang lebih optimal, diantaranya sekitar 44% untuk pembelian mesin cold storage dengan kapasitas 20 ton dan 1 (satu) unit mesin air blast compressor two stage; dan sekitar 56% untuk pembelian kendaraan operasional berupa 1 (satu) mobil truk Traga, 1 (satu) mobil Suzuki Carry, 5 (lima) kendaraan roda dua dan 1 (satu) mobil karoseri pendingin.
Selanjutnya, sekitar 10,16% digunakan untuk perpanjangan sewa outlet lama untuk mendukung ekspansi bisnis perseroan. Perseroan akan memperpanjang sewa terhadap 18 outlet lama dengan total nilai sewa sekitar Rp5,6 miliar dan akan dilakukan dengan pihak ketiga.
Sekitar 22,54% digunakan untuk renovasi outlet, gudang dan kantor dan sistem otomatisasi dalam rangka mendukung bisnis perseroan untuk penyimpanan persediaan bahan baku yang lebih besar. Jumlah outlet dan gudang yang akan direnovasi oleh perseroan masing-masing sebanyak 23 outlet (di dalamnya sudah termasuk 18 gerai yang sewanya akan diperpanjang), dan 1 gudang. Dari total 23 outlet perseroan yang akan direnovasi, 19 merupakan outlet cabang perseroan dan 4 outlet kemitraan perseroan.
Saat ini, kata dia, utilisasi gudang perseroan baik yang terdapat di Malang maupun di Jakarta telah mencapai kapasitas sekitar 90%, namun demikian perseroan akan melakukan renovasi terlebih dahulu pada gudang yang berlokasi di daerah Malang.
Perseroan memandang renovasi gudang di Malang lebih urgen dibandingkan dengan gudang di Jakarta, dikarenakan pusat produksi bumbu dapur dan proses olahan produk setengah jadi saat ini masih berfokus di Malang.
Sedangkan gudang yang di Jakarta hanya digunakan sebagai transit barang untuk didistribusikan ke outlet-outlet wilayah Jabodetabek sehingga gudang di Jakarta hanya merupakan gudang kering yang berisi freezer-freezer, gudang persediaan sembako, dan bahan kering lainnya.
Kondisi gudang tersebut saat ini masih memadai dan tidak urgen untuk dilakukan renovasi. Tidak terdapat perizinan dan/atau persetujuan dari instansi yang berwenang yang wajib diperoleh Perseroan sehubungan dengan renovasi outlet, gudang dan kantor dan sistem otomatisasi.
Sisanya sekitar 63,82%, dia menegaskan, digunakan untuk operational expenditure di antaranya untuk pembelian bahan baku; dan biaya biaya pengembangan produk, dan branding. “Jadi tidak benar kami melantai ke bursa lalu akan exit. Bagaimana mau exit wong 80% saham masih dalam kendali kami,” ucapnya. (K24)