Bisnis.com, SURABAYA - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur merilis kinerja pertumbuhan ekonomi Jatim pada kuartal III/2023 tercatat sebesar 4,86% (year on year/yoy) atau melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 5,25%, dan dibandingkan kuartal III/2022 yang mampu tumbuh 5,59%.
Kepala BPS Jatim Zulkipli mengatakan perlambatan ekonomi Jatim pada Juli - September 2023 ini salah satunya disebabkan oleh perekonomian global yang mengalami perlambatan sehingga berdampak pada penurunan produksi manufaktur, investasi dan perdagangan internasional atau ekspor-impor.
“Kinerja manufaktur mengalami perlambatan terutama pada output bahan baku dan barang modal, meski sedikit ditopang pertumbuhan barang dan konsumsi. Begitu juga dengan pemulihan di sektor jasa terlihat sudah mencapai puncaknya,” jelasnya dalam paparan BRS, Senin (6/11/2023).
Dia mengatakan pada kuartal III ini seluruh sektor lapangan usaha mengalami pertumbuhan positif kecuali administrasi pemerintah yang terkontraksi -2,11% (yoy). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha pengadaan listrik dan gas yang naik 30,84% (yoy), serta transportasi dan pergudangan naik 13,09% (yoy), dan sektor akomodasi dan makanan minuman tumbuh 5,60% (yoy).
Pengadaan gas kota meningkat seiring mulai beroperasinya jaringan gas Gresik-Semarang. Transportasi dan pergudangan juga meningkat seiring meningkatnya mobilitas masyarakat, ditandai dengan meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara serta meningkatnya realisasi belanja perjalanan dinas.
“Begitu juga jumlah penumpang meningkat karena masa liburan sekolah dan arus balik Iduladha,” imbuhnya.
Baca Juga
Meski ekonomi melambat di kuartal III/2023, tetapi secara kumulatif dari Januari - September 2023 atau c to c, Jatim mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02%. Seluruh sektor usaha di Jatim tumbuh positif yang ditopang oleh 17 lapangan usaha.
Pertumbuhan tertinggi yakni sektor pengadaan listrik dan gas tumbuh 21,97% (c to c), transportasi dan pergudangan tumbuh 12,93%, akomodasi dan mamin 7,74%, perdagangan tumbuh 6,15%, konstruksi tumbuh 5,07%, industri pengolahan tumbuh 3,96%, dan pertanian tumbuh 2,24%.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, Adik Dwi Putranto mengatakan perlambatan ekonomi yang terjadi di Jatim saat ini salah satunya karena disebabkan oleh kinerja ekspor yang juga turun.
“Tidak dipungkiri kondisi global saat ini mempengaruhi ekspor kita. Seperti di Amerika Serikat (AS) yang selama ini menjadi pangsa pasar tradisional kita pertumbuhannya rendah cuma 3% karena efek panjang dari pandemi. Kemudian ada perang Rusia - Ukraina, ditambah lagi saat ini ada perang Israel - Palestina tentu dampaknya bisa meluas ke negara-negara lain,” jelasnya.
Saat ini, lanjut Adik, yang bisa dilakukan adalah terus mencari ceruk pasar ekspor non tradisional seperti ke negara-negara di Afrika, serta perlu menyiapkan market intelegence di pasar non tradisional. “Untuk masuk ke pasar Afrika juga tidak mudah, salah satunya BPOM kita tidak bisa diterima di sana. Kalaupun bisa memasukan barang ke Afrika, harus melalui Malaysia,” imbuhnya.
Adik menambahkan, saat ini sektor perdagangan yang masih menjadi tumpuan ekonomi Jatim adalah pasar domestik. Apalagi Jatim menjadi penyuplai bahan pokok untuk 19 provinsi terutama di Indonesia Timur.