Bisnis.com, MALANG — Inflasi kota indeks harga konsumen (IHK) wilker BI Malang, yakni Kota Malang dan Kota Probolinggo, telah kembali ke rentang sasaran target inflasi 3 ±1 persen (yoy) dan terus menunjukkan tren penurunan sejak 2022.
Kepala BI Malang, Samsun Hadi, mengatakan melandainya inflasi Juli 2023 didorong oleh penurunan harga komoditas hortikultura seperti bawang merah, cabai rawit dan tomat seiring Gerakan Pangan Murah serentak, dan pasokan bawang merah yang terjaga seiring GNPIP BI Malang di wilker BI Malang.
”Pada Juli 2023, Kota Malang secara bulanan mencatatkan inflasi sebesar 0,19 persen (mtm), secara tahun kalender dan tahunan masing-masing mencatatkan inflasi sebesar 1,41 persen (ytd), dan 3,07 persen (yoy),” ujarnya, Rabu (30/8/2023).
Sumbangan terbesar berasal dari kelompok transportasi dengan andil 0,07 persen (mtm), kelompok makanan, minuman dan tembakau 0,06 persen (mtm) dan kelompok pendidikan 0,05 persen (mtm).
Tarif angkutan udara meningkat seiring kenaikan permintaan di tengah momen liburan sekolah hingga pertengahan Juli yang tercermin dari kenaikan jumlah penumpang Bandara Abdul Saleh Malang. Angkutan udara mengalami inflasi 3,58 persen, sedangkan andilnya 0,06 persen.
Harga daging ayam ras meningkat seiring kenaikan harga pakan ternak dan harga bibit ayam atau day-old chicken (DOC). Komoditas ini mencapai inflasi 4,96 persen dengan andil 0,06 persen.
Baca Juga
Peningkatan tarif pendidikan SD dan SMA terjadi seiring dimulainya tahun ajaran baru pada awal Juli 2023 sehingga mengalami inflasi 3,06 persen dan andil 0,03 persen. Sedangkan kenaikan harga bawang putih terjadi seiring kenaikan harga bawang putih di Tiongkok yang mengerek harga bawang putih impor domestik. Inflasi bulanan komoditas tersebut mencapai 12,43 persen dengan andil 0,02 persen.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, joko Budi Santoso, mengatakan ola inflasi yang telah terpetakan dengan baik serta deteksi dini inflasi yang semakin membaik menjadi kunci BI Malang dalam kebijakan stabilisasi harga. Selain itu, koordinasi antara BI malang dan TPID di Malang Raya, Pasuruan, dan Probolinggo yang semakin sinergis menjadi modal yang kuat di dalam pengendalian inflasi.
Keberhasilan ini, kata dia, tentunya menjadi fondasi yang kuat dalam menghadapi tekanan inflasi di beberapa bulan mendatang yang bersumber dari volatile food sebagai dampak gangguan pasokan komoditas pertanian karena dampak El Nino di sejumlah daerah penghasil maupun kenaikan input produksi (pakan dan bibit) di sektor peternakan ayam pedaging dan ayam petelur.
“Situasi yang tak kalah penting adalah tekanan global yang masih penuh ketidakpastian karena perang Rusia-Ukraina. Hal ini akan menambah ancaman terhadap inflasi yang bersumber dari imported inflation,” katanya.(K24)