Bisnis.com, SURABAYA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur melaporkan hingga kini telah melakukan kegiatan dropping air bersih untuk 19 kabupaten yang terancam dampak kekeringan EL Nino.
Kepala BPBD Jatim, Gatot Soebroto mengatakan puncak kekeringan di Jatim diprediksi akan terjadi selama Agustus - Oktober 2023. Untuk memitigasi kondisi tersebut, pihaknya telah melakukan berbagai cara salah satunya melakuakn dropping air bersih ke daerah rawan kekeringan.
“Kami juga sudah mengajukan permintaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang telah mendapat respons Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Namun memang proses modifikasi cuaca ini masih harus menunggu informasi perkembangan cuaca dari BMKG,” jelasnya, Selasa (29/8/2023).
Untuk kegiatan dropping air bersih, lanjut Gatot, BPBD Jatim bersama BPBD kabupaten/kota sudah bergerak untuk menyalurkannya ke daerah yang paling dilanda kekeringan dan kekurangan air bersih.
Adapun 19 kabupaten yang telah mendapat pengiriman air bersih tersebut di antaranya Tuban, Bojonegoro, Ponorogo, Nganjuk, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Gresik, Mojokerto, Lamongan, Pasuruan, Probolinggo. Selanjutnya Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Situbondo, Bondowoso, Jember dan Sumenep.
Seperti diketahui, di Jatim saat ini ada 18 kota/kabupaten yang telah mengeluarkan status darurat kekeringan. Sebanyak 5 daerah di antaranya berstatus tanggap darurat (Kabupaten Malang, Mojokerto, Pasuruan, Lumajang dan Jember).
Baca Juga
“Jumlah daerah dengan status tanggap darurat ini bertambah satu yakni Kabupaten Malang, sebelumnya hanya 4,” imbuh Gatot.
Sementara, sebanyak 13 daerah lainnya memiliki status siaga darurat yakni Bojonegoro, Jombang, Lamongan, Ngawi, Bangkalan, Sampang, Bondowoso, Kota Batu, Pamekasan, Sumenep, Probolinggo, Banyuwangi dan Tulungagung.
“Kami berharap segala upaya yang telah kami lakukan dapat membantu masyarakat, terutama dropping air bersih semoga warga terdampak bisa memanfaatkannya untuk kebutuhan sehari-hari,” imbuh Gatot.