Bisnis.com, SURABAYA - Kinerja investasi di Jawa Timur pada semester I/2023 tercatat mencapai Rp61,2 triliun atau telah memenuhi 54,6 persen dari nilai investasi yang ditargetkan tahun ini sebesar Rp112 triliun.
Realisasi investasi Jatim di semester I/2023 ini tercatat meningkat 14,2 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp53,5 triliun. Sedangkan pada semester II/2022 mencatatkan pertumbuhan 7,6 persen (Yoy).
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, capaian kinerja investasi tersebut salah satunya didorong oleh pertumbuhan investasi asing atau Penanaman Modal Asing (PMA) yang tercatat mencapai Rp29,6 triliun atau meningkat 51,9 persen dibandingkan semester I/2022 yang hanya Rp19,5 triliun.
“Tren realisasi investasi PMA terus menguat sejak semester I/2021, hal ini perlu diantisipasi dengan pembangunan fasilitas/infrastruktur penanaman modal yang tangguh,” katanya, Kamis (3/8/2023).
Sementara, untuk realisasi investasi dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Jatim tercapai Rp31,5 triliun atau turun dibandingkan semester I/2022 yang mencapai Rp34 triliun.
Adapun seluruh realisasi investasi di Jatim terbesar disumbang oleh sektor pertambangan mencapai Rp11,6 triliun, diikuti industri logam dasar, barang logam bukan mesin dan peralatannya Rp7,6 triliun, lalu perumahan, kawasan, industri dan perkantoran Rp6,0 triliun, industri makanan Rp5,9 triliun, serta industri kimia dan farmasi Rp5,6 triliun.
Baca Juga
Lebih spesifik, kontributor tertinggi PMA ialah sektor pertambangan yakni sebesar Rp11,6 triliun setara dengan 33,1 persen dari total realisasi PMA. Investasi asing ini kebanyakan berasal dari Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Hong Kong, RRT dan Belanda.
Sedangkan PMDN didominasi oleh sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran mendominasi PMDN sebesar Rp5,9 triliun atau setara 18,7 persen.
Lokasi penyumbang kinerja investasi terbesar yakni Gresik Rp22,9 triliun atau 37,4 persen, Kota Surabaya Rp12,0 triliun atau 19,6 persen, Kabupaten Pasuruan Rp6,2 triliun atau 10,2 persen, Sidoarjo Rp5,7 triliun atau 9,3 persen dan Tuban Rp1,9 triliun atau 3,1 persen.
“Gresik juga menjadi kontributor tertinggi realisasi PMA karena di sana ada PT Freeport Indonesia yang bergerak di bidang pertambangan. Sedangkan PMDN kontributor tertingginya di Surabaya,” tambah Khofifah.
Dia menambahkan, untuk menjaga dan meningkatkan iklim investasi di Jatim, Pemprov Jatim terus mengintegrasikan perizinan usaha secara elektronik seperti melalui Jatim Online Single Submission (JOSS), harmonisasi dan simplifikasi regulasi yang menghambat investasi dan perizinan berusaha, fasilitasi dan pendampingan investor, dan peningkatan iklim investasi berusaha.
“Kami berharap dengan upaya-upaya yang digalakkan dapat meningkatkan kondusivitas investasi di Jatim sehingga ke depan pelayanan investasi semakin cepat, mudah dan transparan hingga menciptakan multiplier effect terhadap pemerataan ekonomi Jatim,” imbuhnya.