Bisnis.com, SURABAYA — Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jatim pada Juni 2023 mengalami inflasi sebesar 10 persen yang dipicu oleh kenaikan harga sejumlah bahan pangan serta tiket angkutan udara.
Kepala BPS Jatim, Zulkipli menjelaskan, pada Juni 2023 terdapat momen Hari Raya Iduladha serta momen liburan sekolah. Namun tekanan terhadap perkembangan harga-harga selama Juni tersebut tidak terlalu signifikan dengan tingkat inflasi 0,10 persen (month to month/mtm).
“Pada Juni terdapat libur sekolah dan cuti bersama Iduladha yang mengakibatkan terjadinya kenaikan permintaan terhadap tiket pesawat sehingga cenderung mengalami kenaikan, termasuk bahan pangan seperti daging ayam ras dan telur ayam ras yang sejak beberapa bulan memang cenderung naik,” jelasnya dalam paparan Berita Resmi Statistik, Senin (3/7/2023).
Dia mengatakan tekanan inflasi yang tidak terlalu siginifikan ini juga dipengaruhi oleh penurunan harga daging sapi di berbagai tempat menjelang Iduladha.
“Selain itu, ada gerakan pangan murah yang dilakukan pemerintah 296 kabupaten/kota di Indonesia selama 26 - 28 Juni 2023 guna memastikan ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga pada saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN),” ujarnya.
Di sektor transportasi, lanjutnya, sejumlah jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) juga mengalami penurunan harga, misalnya Pertamax dari Rp13.300 menjadi Rp12.500/liter, Pertamax Turbo dari Rp15.000 menjadi Rp13.600/liter, dan Pertamina Dex dari Rp13.700 menjadi Rp12.650.
Baca Juga
Zulkipli memaparkan, dari 8 kota yang melakukan penghitungan IHK di Jatim, sebanyak 7 kota mengalami inflasi, dan satu kota mengalami deflasi yakni Sumenep 0,42 persen. Kota yang mengalami inflasi tertinggi yakni Probolinggo 0,18 persen dan terendah yakni Malang 0,07 persen.
Secara year on year (yoy) atau Juni 2023 terhadap Juni 2022, Jatim telah mengalami inflasi sebesar 4,59 persen. Inflasi tahunan ini sudah lebih rendah dibandingkan posisi Juni 2022 yang sebesar 4,92 persen. Sedangkan secara year to date (ytd) atau Juni 2023 terhadap Desember 2022, Jatim telah mengalami inflasi sebesar 1,45 persen.
“Di sisa 6 bulan ke depan tahun ini, penting bagi kita untuk menjaga harga dan pasokan bahan pangan agar tidak mengalami kenaikan harga,” imbuhnya.
Adapun 10 komoditas yang telah menyumbang terjadinya inflasi Juni 2023 di Jatim di antaranya biaya kontrakan rumah naik 1,37 persen, daging ayam ras 4,51 persen, telur ayam ras 4,43 persen, cabai rawit 5,87 persen, angkutan udara 0,74 persen, upah asisten rumah tangga 0,56 persen, mangga 9,65 persen, bawang putih 2,22 persen, tarif cehck up 3,66 persen, dan kacang panjang 7,36 persen.
Sementara, 10 komoditas penyumbang deflasi di Jatim yakni bensin turun harga hingga -1,42 persen, emas perhiasan -1,34 persen, bawang merah -4,22 persen, beras -0,27 persen, melon -7,98 persen, cabai merah -7,10 persen, tarif kereta api -2,49 persen, ikan mujair -3,67 persen, salak -8,55 persen dan daging sapi -0,50 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jatim, Doddy Zulverdi mengatakan BI memperkirakan inflasi Jatim tahun ini akan lebih rendah dibandingkan inflasi 2022, serta diperkirakan kembali pada sasaran.
“Jika pada 2022 inflasi Jatim mencapai 6,52 pesen, kami perkirakan inflasi tahun ini akan lebih rendah dengan range target 3 persen plus minus 1 persen, dan pada 2024 pada range 2,5 persen plus minus 1 persen,” ujarnya.
Menurutnya, faktor dasar yang mendukung terkendalinya inflasi 2023 ini yakni cuaca yang lebih mendukung dan hama tanaman yang terkendali untuk sektor tanaman pangan, serta Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak yang juga terkendali, termasuk adanya tren penurunan harga komoditas global utamanya energi.
Doddy menambahkan, guna menjaga laju inflasi yang terkendali, Jatim menjalankan strategi penguatan peran lumbung pangan Nusantara, di antaranya seperti memperkuat infrastruktur pangan, penguatan smart/mechanical/digital farming, penguatan Kerja Sama Antar Daerah (KAD).
“Selain itu juga melakukan operasi pasar targeted, perluasan supply chain financing untuk mendukung peningkatan produksi komoditas pangan, pengadaan pupuk dan pakan, serta melakukan optimalisasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP),” imbuhnya.