Bisnis.com, SURABAYA — Pemerintah daerah dan pelaku usaha pariwisata didorong untuk terus berbenah dengan melakukan revitalisasi hingga pengembangan destinasi wisata baru di Jawa Timur agar perekonomian di sektor ini dapat bangkit lebih cepat.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jatim, Doddy Zulverdi mengatakan kondisi sektor pariwisata saat ini masih bergantung dari kemampuan para pelaku sektor usaha wisata yang sebelumnya sempat mati suri selama Covid-19.
“Pandemi Covid-19 memang sudah mereda, tetapi tentu saja ada dampak jangka panjang bagi pariwisata hingga saat ini, mungkin infrastruktur yang tidak terpelihara, dan sudah tidak memadai, jadi ini memang harus ada upaya ekstra dari pelaku usaha,” katanya kepada Bisnis, Jumat (30/6/2023).
Menurutnya, jika infrastruktur destinasi wisata tidak segera direvitalisasi alias terbengkalai, hal ini bisa berdampak pada minat wisatawan untuk datang. Padahal, katanya, tren permintaan pasar sedang meningkat baik wisatawan nusantara (wisnus) dari luar Jatim maupun wisatawan mancanegara (wisman).
“Ketika permintaan pariwisata asing dan domestik itu meningkat, tapi kalau tidak diimbangi dengan perbaikan dan pemulihan, kinerja pariwisata itu akan turun lagi. Saat wisatawan datang tapi infrastruktur tidak memadai, mereka akan kecewa,” katanya.
Doddy mengatakan, BI sendiri terus mendorong pelaku usaha wisata untuk melakukan kerja sama dengan perbankan, dan tentunya perlu mendapat dukungan dari pemerintah daerah dan pusat untuk merevitalisasi.
Baca Juga
“Selain infrastruktur fisik, revitalisasi juga dilakukan dengan cara lain yakni melalui program/event yang menarik turis untuk datang. Makanya inisiatif Pemkot Surabaya ada Festival Bunga, pengembangan kampung wisata, termasuk dukungan terhadap UMKM itu memacu pertumbuhan sektor ini,” imbuhnya.
Doddy menambahkan, hal lain yang tak kalah penting yakni BI mendorong perluasan sistem pembayaran bagi merchant-merchant UMKM di daerah wisata. Hal Ini diyakini akan semakin mempermudah wisatawan untuk bertransaksi dengan nyaman tanpa harus membawa uang tunai banyak.
Ketua Asosiasi Desa Wisata Indonesia (Asidewi) Andi Yuwono mengatakan, perkembangan jumlah desa wisata di Indonesia, termasuk Jatim pasca pandemi memang sangat pesat. Lantaran, masyarakat desa saat ini juga sudah cukup tergerak dan bisa menangkap peluang pasar yang ada.
“Desa wisata sangat diminati wisatawan, terutama yang menyukai konsep alam atau back to nature dan back to culture. Nah itu ternyata trennya sangat positif sehingga bermuculan desa wisata, tetapi memang masih banyak juga desa wisata yang masih tidak sesuai kaidah desa wisata,” jelasnya.
Berdasarkan laman Jadesta (Jaringan Desa Wisata) Kemenparekraf per 2023, jumlah desa wisata di Indonesia tercatat sebanyak 4.688 desa wisata. Sedangkan khusus di Jatim tercatat ada sebanyak 451 desa wisata. Dari total desa wisata di Indonesia, sebanyak sebanyak 23 merupakan kategori desa wisata mandiri, 284 desa wisata maju, 942 desa wisata berkembang, dan 3.440 desa wisata rintisan.
Andi menambahkan, saat ini Asidewi tengah fokus meningkatkan kapasitas pelaku usaha di desa wisata melalui pemanfaatan teknologi digital untuk promosi, serta berbagai pelatihan digital dan membuat konten serta kemasan agar menarik kedatangan wisatawan.
“Membangun desa wisata ini tidak bisa parsial atau sendiri-sendiri, sehingga perlu campur tangan pemerintah yang memfasilitasi,” imbuhnya.