Bisnis.com, MALANG — Keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi di Malang pada Oktober 2022 tetap terjaga meskipun sedikit termoderasi mengacu Survei Konsumen Bank Indonesia Malang.
Kepala Perwakilan BI Malang, Samsun Hadi, mengatakan hal itu tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2022 tercatat sebesar 117,33 meskipun relatif lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada September 2022 sebesar 133,42.
“Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap terjaga pada level optimis (indeks > 100),” katanya, Minggu (13/11/2022).
Termoderasinya IKK Oktober 2022, kata dia, didorong peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dampaknya terlihat pada periode ini, dan efek dominonya berdampak pada terakselerasinya harga-harga secara umum dan memberikan dampak peningkatan inflasi. Hal ini menyebabkan daya beli masyarakat menurun.
Menurutnya optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, terpantau tetap terjaga, meski tidak sekuat bulan sebelumnya. Hal itu tercermin dari Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) Oktober sebesar 105,33, tetap pada level optimis (>100), meski lebih rendah dibandingkan pada September 2022 yang tercatat sebesar 120,00.
“Tetap terjaganya IKE Oktober 2022 ditopang oleh optimisme akan penghasilan dan pembelian barang tahan lama (durable goods), dimana masing-masing tercatat 117,00 dan 101,00,” ucapnya.
Baca Juga
Ekspektasi konsumen terhadap perkiraan kondisi ekonomi enam bulan ke depan terpantau masih tetap kuat. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) Oktober 2022 sebesar 129,33 atau tetap pada level optimis (>100), meski lebih rendah dari 146,83 pada September 2022.
Masih terjaganya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan, dia menilai, ditopang oleh masih kuatnya ekspektasi konsumen terhadap kondisi penghasilan, ketersediaan lapangan kerja dan kegiatan usaha yang masih tetap terjaga pada level optimis.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai masih relatif terjaganya optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian menjadi modal dasar dalam untuk penguatan ekonomi sampai akhir tahun, meskipun masyarakat saat ini sudah mulai was-was terkait ancaman resesi dunia.
Optimisme ini, dia menegaskan, akan dapat kembali meningkat jika pemerintah lebih gencar di dalam mensosialisasikan berbagai kebijakan untuk membendung ancaman resesi, baik itu kebijakan moneter BI maupun kebijakan fiskal pemerintah pusat dan daerah. Bauran kebijakan moneter dan fiskal harus fokus pada stabilisasi nilai rupiah dan harga kebutuhan pokok sehingga daya beli masyarakat tidak terabrasi oleh kenaikan harga.
“Menjaga daya beli masyarakat menjadi kunci menjaga momentum pertumbuhan ekonomi tetap tinggi sampai akhir 2022,” kata Joko yang juga Peneliti Senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi FEB UB itu.(K24)