Bisnis.com, MALANG — PG Kebon Agung menggandeng Sun Energy untuk memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS berkapasitas 1 MWp
Direktur Utama PT Kebon Agung, Didid Taurisianto, menjelaskan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) di PG Kebon Agung merupakan bagian dari penerapan visi PT Kebon Agung, yakni menjalankan aktivitas bisnis berwawasan lingkungan.
“Setelah memanfaatkan energi biomassa melalui ampas tebu, kami kembali memperkenalkan salah satu jenis energi bersih yakni energi surya sebagai salah satu sumber energi alternatif yang kami gunakan. Kami berharap ini dapat menjadi langkah inovasi yang mampu memberikan dampak positif dan berkelanjutan terhadap kegiatan operasional kami,” katanya, pada peresmian PLTS PG Kebon Agung, Malang, Selasa (20/9/2022).
Pemanfaatan EBT di Indonesia, kata dia, selain diperkenalkan sebagai upaya dalam mengurangi dampak perubahan iklim, juga merupakan salah satu upaya optimasi terhadap biaya operasional bisnis melalui inovasi teknologi energi.
Keamanan, kemudahan dan kecepatan, serta manfaat yang didapat dari pembangunan sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) telah mampu meyakinkan para pelaku bisnis bahwa instalasi PLTS dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Kebutuhan energi di PG Kebon Agung, kata dia, mencapai 15,2 MW untuk memenuhi kebutuhan giling sebesar 12.500 TCD. Dari kebutuhan energi sebesar itu, sebagian besar telah dipenuhi dari biomassa sebesar 12,5 MW, sebagian lagi dipenuhi dari PLN sebesar 1,7 MW, dan PLTS 1 MWp.
“PG Kebon Agung meningkatkan penggunaan energi terbarukan menjadi sebesar 95 persen melalui instalasi sistem PLTS berkapasitas 1 MWp yang berperan menjadi salah satu bauran energi terbarukan sebesar 3 persen dari total kebutuhan energi listrik PG Kebon Agung,” katanya.
Dia menilai penggunaan PLTS sangat kompetitif, lebih murah daripada penggunaan listrik PLN. Oleh karena itulah, nantinya kapasitas PLTS di Kebon Agung akan ditingkatkan sesuai dengan kondisi pabrik dan dukungan regulasi pemerintah.
“Yang jelas, PG Trangkil di Pati milik PT Kebon Agung juga tengah dipasang instalasi PLTS dengan kapasitas 1 MW, namun penggunaan secara bertahap. Sekitar 400 KWh bakal dioperasikan pada 2023,” ucapnya.
Sistem kerja PG Kebon Agung dengan Sun Energy, yakni performance base rental. Dengan demikian, investasi, pembangunan instalasi, serti pemeliharaan dilakukan oleh Sun Energy dengan masa konsesi tertentu, sedangkan PG Kebon Agung membayar sewa.
Chief of Sales SUN Energy, Oky Gunawan, mengungkapkan kehadiran EBT sebagai sumber energi pada operasional bisnis telah menjadi salah satu wujud adaptasi perusahaan terhadap kebutuhan pada masa mendatang.
Dia meyakinkan, SUN Energy yang dipercaya menjadi pengembang sistem PLTS Atap di PG Kebon Agung ini menjelaskan terus memperkuat kolaborasi dengan para pelaku bisnis di berbagai sektor.
“SUN Energy terus memperluas portofolio bisnis melalui instalasi PLTS di seluruh lini sektor bisnis,” ucapnyta.
Dia berharap PLTS ini dapat menjadi referensi bagi industri gula lainnya, agar dapat memulai langkah hijau dengan memanfaatkan energi terbarukan. Secara khusus, kami juga mengharapkan portofolio ini dapat mengajak para pelaku industri lain di Malang untuk memanfaatkan energi surya yang mampu meningkatkan optimasi biaya operasional.
Menurut dia, kebutuhan investasi pembangunan PLTS dengan kapasitas 1 MWp mencapai sekitar Rp12 miliar-Rp13 miliar. Sedangkan masa konsesi dengan skema performance base rental biasanya sekitar 25 tahun, dan di Eropa bisa diperpanjang menjadi 30 tahun.
Dia juga meyakinkan, pemanfaatan PLTS lebih kompetitif, yakni lebih murah 10 persen-30 persen bila dibandingkan menggunakan listrik PLN.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Basilio Dias Araujo, menilai sistem PLTS ini telah menjadi wujud penerapan operasional bisnis yang berkelanjutan pada industri gula di Indonesia.
“Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah mendorong PT PLN untuk menetapkan green RUPTL atau Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik periode 2021- 2030 yang jauh lebih hijau dari RUPTL sebelumnya, dimana target persentase EBT dalam bauran energi dinaikkan menjadi 52 persen pada 2030. Salah satu EBT yang diproyeksikan akan mendominasi adalah sistem PLTS sebesar 11,5 persen,” ujarnya.(K24)