Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembayaran Tebu Petani Situbondo Terlambat, Ini Penjelasan PTPN XI

Sistem pembelian tebu giling 2022 di PG Assembagoes berbeda yakni pembayaran selama 5 (lima) hari kerja Senin -  Jumat, PG lain hanya 2 kali seminggu.
Pekerja menata tebu di bak truk./Antara-Prasetia Fauzani
Pekerja menata tebu di bak truk./Antara-Prasetia Fauzani

Bisnis.com, SURABAYA — PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI menyatakan telah menindaklanjuti aspirasi para petani tebu yang menggelar demostrasi ke Pabrik Gula (PG) Assembagoes pada 3 Agustus 2022 karena adanya keterlambatan pembayaran tebu petani.

Manager QA PG Assembagoes, Agus Amanda menjelaskan dalam beberapa tahun terakhir memang ada pergeseran pola hubungan antara PG dengan petani yakni dari kemitraan menjadi transaksional. Sejauh perubahan itu, PG dan petani berupaya untuk berproses bersama menemukan formulasi terbaik dalam bingkai kemitraan. 

“Hal ini sesuai harapan gubernur dalam pengukuhan pengurus APTRI awal tahun lalu di Surabaya, bahwa petani dan PG menjalin kemitraan yang saling menguntungkan dan menguatkan,” katanya dalam rilis, Rabu (3/8/2022).

Dia melanjutkan, sejauh ini perusahaan juga mengedepankan pelayanan prima kepada mitra dan para stakeholder yang merupakan bagian serta implementasi ISO Sistem Manajemen Mutu 9001: 2015.

“Dan kami menghormati penyampaian aspirasi tersebut sebagai bagian dari pola komunikasi,” imbuhnya.

Agus menjelaskan sistem pembelian tebu yang dilakukan tahun giling 2022 di PG Assembagoes diberikan perlakuan yang berbeda dari PG lain yakni pembayaran dilakukan selama 5 (lima) hari kerja yakni Senin -  Jumat, sedangkan PG lain hanya 2 kali dalam seminggu.

“Kemudian sistem pembelian juga didasarkan pada potensi yang dimiliki oleh bahan baku tebu tersebut,” katanya.

Ia menyadari memang dalam beberapa hari lalu terdapat sedikit keterlambatan pembayaran tebu petani karena kondisi PTPN group yang menggunakan sistem holding operasional, tetapi kondisi ini sudah normal kembali.

“Hal penting yang harus dipahami bersama dalam konsep jual beli bahan baku tebu adalah harga terbentuk didasarkan potensinya, mulai rendemen dan kondisi MBS (manis, bersih, segar),” katanya.

Menurutnya, dasar pembelian tebu petani tersebut sangat penting karena karena tidak merugikan salah satu pihak dan saling menguntungkan sebagaimana pola kemitraan.

“Terlebih tujuan kita sama yakni menjadikan Situbondo lumbung tebu Jatim, barometer kebangkitan gula nasional dan swasembada gula di Indonesia bisa terwujud, “ katanya.

Pjs General Manager PG Assembagoes, Sugondo menyampaikan pihaknya terus berbenah untuk mengimplementasikan operation excellent, terlebih telah diakukan proyek revitalisasi dan modernisasi pabrik gula Assembagoes. 

“Semangat kami adalah bagaimana tebu petani di wilayah Asembagus Situbondo dapat tergiling dengan optimal,” ujarnya.

Dia berharap agar komunikasi antara PG dengan petani yang sudah terjalin dengan baik selama ini melalui forum temu kemitraan itu bisa terus ditingkatkan. 

“Dari forum inilah kita kita bicarakan bersama mulai penentuan awal giling hingga kontrak giling serta bila ada masalah dibahas bersama di forum ini,” katanya. 

Subairi, petani mitra PG Assembagoes, mengatakan pola kemitraan masih menjadi pegangan bagi petani mitra PG Assembagoes, meski sudah ada perluasan makna yakni tidak harus sistem bagi hasil dan adanya pola pembelian tebu oleh pabrik gula.

“Saya sudah menjadi mitra PG sejak lama, sehingga tahu perkembangan dan kondisi PG terutama kualitas pelayanan terhadap petani. Memang ada bebarapa yang kami anggap kurang tapi masih bisa dikomunikasikan sehingga ada perbaikan,” katanya.

Menurutnya, pola pembelian tebu saat ini memang masih menjadi hal yang relatif baru bagi petani, tetapi ia setuju bila akad pembelian tebu didasarkan dengan kondisi tebu yang akan dijual ke PG.

Adapun hingga akhir Juli 2022, PG Assembagoes telah menggiling tebu sebesar total 234.000 ton dengan gula produksi sebesar 14.000 ton. Produksi yang dihasilkan yakni kualitas GKP I dengan target masing-masing 448.000 ton tebu tergiling dan 37.000 ton gula produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper