Bisnis.com, BONDOWOSO - Replanting atau penanaman kembali terhadap pohon kopi yang sudah tua dinilai dapat mendongkrak produktivitas tanaman.
Manajer Kebun Kalisat Jampit Bondowoso PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII, Heri Sucioko menjelaskan umur ekonomis tanaman kopi sampai berumur 25 tahun. Sedangkan umur produktif pada umur 10 - 15 tahun.
“Jadi pada saat umur tanaman itu menginjak 10 tahun itu produktivitasnya paling tinggi mencapai 1.000 ton/tahun/ha. Namun saat ini tanaman kopi di kawasan Gunung Ijen didominasi umur tanaman tua atau berumur lebih dari 25 tahun sehingga produksinya rendah, dengan rata-rata 700 - 800 ton/tahun,” katanya saat ditemui Bisnis, Kamis (7/7/2022).
Menurutnya, salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas tanaman kopi adalah melakukan replanting atau penanaman kembali dengan bibit unggul, termasuk peremajaan yang menjadi kunci produktivitas.
“Beberapa tahun ini memang volume produksi kita stabil, ini karena lebih dari 50 persen persen komoditas kita masih didominasi oleh tanaman tua yang berumur lebih dari 25 tahun. Tapi 2 tahun ini sampai 2025 nanti kita melakukan replanting, yang pada 2021 telah terealisasi seluas 175 ha, dan tahun ini 303 ha,” katanya.
Heri menjelaskan, tanaman kopi dari replanting yang telah menggunakan bibit unggul selama dua tahun ini ternyata sudah mampu memiliki produktivitas 600 kg/ha. Diharapkan dalam waktu empat tahun ke depan tanaman replanting ini sudah bisa kembali berproduksi 1.000 kg/ha atau lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan bibit yang lama yakni butuh waktu 7 tahun untuk bisa memproduksi 600 kg/ha.
Baca Juga
Untuk melakukan pekerjaan replanting ini dibutuhkan investasi sekitar Rp12 juta/ha yang terdiri dari pekerjaan pembersihan dan penanaman sebesar Rp8 juta/ha, dan sisanya untuk membeli bibit tanaman.
Adapun PTPN XII memiliki 4 kebun kopi di kawasan lereng Gunung Ijen yakni Kebun Blawan, Kebun Pancur Angkrek, Kebun Kayumas dan Kebun Kalisat Jampit yang berada di ketinggian 1.100 - 1.500 mdpl.
“Tanah Gunung Ijen memiliki kesesuaian lahan untuk budi daya kopi Arabika karena hasil produksinya memiliki cita rasa yang khas yang diminati oleh konsumen (specialty), di daerah lain Arabika dapat saja tumbuh dengan baik tetapi tidak memiliki karakter rasa yang spesial seperti kopi yang di tanaman di kawasan Ijen,” imbuh Heri.
Sebanyak 85 persen produksi kopi Arabika PTPN XII di Kebun Kalisat Jampit ini diserap oleh pasar ekpor berupa green beans. Pangsa pasar ekspor sebanyak 70 persen berasal dari Amerika Serikat, disusul pembeli baru dari Turki, Perancis, Belanda dan Jerman. Sedangkan 15 persen sisanya diserap oleh domestik terutama industri kopi olahan.
Merujuk data Badan Pusat Statistik, pengelola kebun kopi di Jawa Timur setidaknya ada tiga, yakini perusahaan negara, perusahaan swasta dan petani rakyat.
Perkebunan besar negara di Jatim memiliki 1.430 hektare pertanaman kopi belum menghasilkan, 10.605 ha tanaman kopi menghasilkan, 1 hektare tanaman tua/rusak. Alhasil pada 2020 total lahan kopi perkebunan negara di Jatim 12.036 ha, turun 4,12 persen dari 2019 yang mencapai 12.554 ha.
Sementara perkebunan swasta di Jatim memiliki 495 ha pertanaman kopi belum produksi, 4.630 ha tanaman produktif, 466 ha tanaman tua/rusak. Total lahan kopi swasta pada 2020 sebesar 5.591 ha turun 21,2 persen dari 6.777 ha lahan yang dikelola tahun sebelumnya.
Adapun perkebunan rakyat pada 2020 yang belum berproduksi 13.095 ha, berproduksi 53.054 ha, tanaman tua/rusak 6.958 ha. Total lahan kopi rakyat 73.108 ha, naik 0,89 persen dibanding lahan 2018 sebesar 72.2457 ha. Kebun rakyat menghasilkan 40.990 ton kopi, dengan produktivitas 773 kg/ha.
Bila merujuk data tersebut maka pekerjaan rumah regenerasi tanaman kopi terbanyak berada di perkebunan rakyat.