Bisnis.com, JOMBANG — Empat orang perempuan memilah cherry kopi di emperan seluas sekitar empat meter persegi, Kamis (7/7/2022) petang. Lima pemuda lain sedang mengamati mesin pengering kopi baru berbentuk bak persegi panjang di halaman kanan rumah.
Tiga petugas instalasi jaringan listrik mempersiapkan kabel putih sebesar biji kopi di sekitar mesin pengering. Sementara di selasar samping rumah bagian belakang, ada beberapa karung putih, berisi butiran kopi.
Tak jauh dari sana, ada tiga drum biru masing-masing kapasitas 200 liter. Di dekatnya, ada bak cuci pakaian bulat ukuran besar, adapula bakul ukuran besar. Lantas ada beberapa pemuda yang sigap memuntahkan isi karung ke bakul di dalam bak berisi air. Biji kopi mentah itu kemudian dipilah, biji mengambang dipisah dengan yang tenggelam.
Sementara di belakang rumah ada beberapa tiang pancang cor di lahan miring. Lokasi itu calon kandang komunal. Lahan serupa lereng, maupun terasiring memang menjadi pemandangan jamak di Wonosolam. Kawasan ini berada di ketinggian lebih dari 500 MDPL di lereng Gunung Anjasmoro.
Tim Jelajah Kopi Jatim 2022 melihat aktivitas di Unit Pengolahan Hasil Kopi, Desa Carangwulung, Kecamatan Wonosolam, Jombang, Jawa Timur, Kamis sekitar pukul 16.30 WIB.
Udara lembab dan dingin terasa kuat sore itu. Namun aktivitas pemilah cherry kopi, instalator listrik, pemuda yang merambang kopi, menjadi kontras yang sempurna. Semangat di sore yang mendung, lembab dan dingin itu menghangatkan suasana.
Bisa jadi semangat itupula yang menghantarkan keberhasilan pemuda Desa Wonosalam, Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang, ekspor kopi excelsa 12 ton ke Malaysia pada Mei lalu.
Muhamad Edi Kuncoro, pegiat kopi di Desa Carangwulung, Wonosalam, Kabupaten Jombang, Jatim; dan Hendrias Bambang Sugeng Purnomo, Ketua Asosiasi Kopi Wonosalam, yang menemui tim lantas kami tanyai. "Bagaimana ceritanya, kopi Wonosalam berhasil ekspor?"
Pertanyaan panjang itu ternyata dijawabannya pendek oleh Edi Kuncoro,"Kuncinya sistem."
Edi lantas menguraikan eksistensi kopi hingga sampai pasaran melibatkan petani/kelompok tani, roastery, produsen kopi, agregator. Mereka dilibatkan dalam produksi kopi berkualitas di Wonosalam.
Kelompok tani diajak memastikan lahan dikelola dengan baik. Teknisnya bisa mulai dari perawatan tanaman, pemupukan, pemotongan lahan/cabang, hingga petik merah untuk menghasilkan biji kopi berkualitas.
Pemuda merambang biji kopi di Wonosalam./Bisnis-Andik Susanto.
Sementara roastery dilibatkan untuk memotret keinginan konsumen. Pensangrai juga sering mendapat pesanan untuk mengolah rasa spesial. "Mewadahi keinginan konsumen ini juga penting, agar yang ditawarkan petani sesuai dengan pasar," jelasnya.
Adapun tengkulak/gudang/agregator hingga pabrik kopi dijadikan indikator harga pasar. Edi menegaskan kesemua lini dilibatkan. Termasuk dalam ekspor yang digelar Mei 2022 lalu, petani juga ditanya kesanggupan menyediakan barang sesuai spesifikasi yang diminta pembeli.
"Jadi 12 ton yang dikirim, padahal mintanya lebih besar. Tapi karena sanggupnya itu," tuturnya.
Wonosolam memiliki variasi ketinggian beragam, ada yang sampai 1.200 mdpl. Alhasil jenis kopi yang ditanam beragam, ada excelsa, robusta maupun arabica. Selain jenis kopi yang beragam, petani di Kecamatan Wonosalam juga terdiri dari pemuda sampai yang tua.
Adapun produksi kopi daerah ini bisa lebih dari 1.000 ton per tahun. Jenis dan kualitas kopi yang dihasilkan juga beragam, mulai grade pasar komersial, grade premium, spesialti, maupun kopi khusus lain.
Edi menjelaskan pesanan beragam jenis kopi tersebut dikomunikasikan di dalam asosiasi. Sehingga bila ada order tinggal mengomunikasikan ke anggota, termasuk standar yang harus dipenuhi. Kontrak asosiasi ke anggota, maupun asosiasi ke pembeli hitam di atas putih.
"Sistem yang terintegrasi, pesanan pasti, pasokan pasti, membuat wilayah ini menjadi daerah penghasil kopi terintegrasi. Ada petani, ada pengolah, pesangrai, pabrik kopi," tegas Edi.
Bambang Sugeng Purnomo, Ketua Asosiasi Kopi Wonosalam, mengatakan sistem yang tertata tidak bisa dihindari. Sebab industri kopi di hilir semakin besar, sehingga petani di hulu juga perlu berbenah agar bisa merespons permintaan sekaligus meningkatkan nilai tambah.
Sejalan dengan semangat meningkatkan nilai tambah, Bank Indonesia juga mendampingi petani di Wonosalam. Perwakilan petani difasilitasi melihat produksi kopi di daerah lain, belajar cara dan metode pengolahan kopi yang baik, meningkatkan kapasitas pengelolaan hingga membantu alat yang memungkinkan petani meningkatkan produksi secara signifikan.
Bisnis Indonesia didukung, Bank Jatim, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, PT Perkebunan Nusantara XII, MPM Honda Jatim, Indosat, Honda Surabaya Center, Perkebunan Kopi Tugu Kawisari Blitar dan Hotel Tugu Malang, Hotel Luminor Sidoarjo dan Banyuwangi, PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur, menggelar Jelajah Kopi Jatim 2022 dengan berkunjung ke sentra pengembangan kopi di Jawa Timur, 5-7 Juli. Reportase tim diharapkan bisa menambah informasi dan inspirasi bagi pembaca. |