Bisnis.com, JEMBER - Sejauh mata memandang tampak hamparan biji kopi di jemur di halaman rumah warga ketika Tim Jelajah Kopi Jatim 2022 melintasi kawasan Dusun Krajan, Desa Sidomulyo, Kabupaten Jember, Rabu (6/7/2022) pagi.
Ibu-ibu bercaping terlihat sedang membalik biji-biji kopi yang di jemur, menggunakan tongkat yang terbuat dari bambu.
Rupanya, hampir sebagian besar warga Desa Sidomulyo ini menggantungkan hidupnya dari komoditas kopi yang tumbuh subur di lereng Gunung Gumitir, yakni kawasan perbatasan yang menghubungkan Kabupaten Jember dengan Kabupaten Banyuwangi.
Hasil komoditas kopi warga Desa Sidomulyo kini telah terorganisir dengan baik melalui pembentukan Koperasi Serba Usaha (KSU) Kelompok Tani Kopi Asli Sidomulyo (Ketakasi) pada 2007. Kelompok ini termasuk memiliki pabrik pengolahan kopi sendiri dengan kualitas mesin yang cukup baik.
Hasil produksi telah memiliki akses pasar melalui akun sosial media IG @ketakasi.coffee dan marketplace Shoppe.
“Sebagian besar warga di sini memiliki usaha pertanian kopi. Ada yang memiliki lahan sendiri, ada yang melalui sewa lahan HGU melalui Perhutani minimal 1 hektare. Mereka memasok kopinya melalui koperasi Ketakasi, ada juga yang diambil oleh pengepul dari luar daerah,” kata Suwarno, Ketua Koperasi Ketakasi.
Baca Juga
Kepada Tim Jelajah Kopi - Harian Bisnis Indonesia, Suwarno bercerita kini jumlah anggota koperasi terus meningkat, terdapat sebanyak 176 orang merupakan anggota aktif, dan sebanyak 600 an orang anggota pasif.
Kopi yang ditanaman kelompok tani ini adalah jenis Robusta yang memiliki masa panen satu tahun sekali setiap bulan keenam hingga kesembilan. Karakter rasa yang dimiliki kopi Ketakasi yakni brown sugar, vanilla, basmatic rice, dark choco, dan chocolaty yakni perpaduan antara gula merah, vanila, beras basmati, dan coklat.
Produktivitas tanaman kopi di sekitar Gunung Gumitir ini rerata mencapai 1,2 ton/ha/tahun dan paling tinggi bisa mencapai 3 ton/ha. Sementara luas lahan yang masih potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman kopi mencapai 2.000 ha di kawasan ini.
Ketua Koperasi Ketakasi Jember Suwarno (kanan) dan Konsultan FPP UMKM BI Jember Sulkan (kiri) saat memperlihatkan produk olahan kopi bubuk Ketakasi./Bisnis-Syaharuddin Umngelo.
Saat ini, KSU Ketakasi juga tengah mengembangkan tanaman kopi Arabika yang telah dilakukan pada dua tahun lalu. Diperkirakan kopi Arabika Ketakasi ini akan panen pada 2023. Kopi jenis Arabika sendiri umumnya dapat dipanen setiap dua kali dalam setahun pada bulan keempat, serta memiliki harga jual yang lebih tinggi dari Robusta.
Suwarno mengatakan sejauh ini hasil pengolahan kopi Ketakasi telah diserap oleh industri di Jatim sebanyak 80 persen, dari buah kopi yang dipetik asalan (buah berwarna merah, hijau dan kekuningan bercampur), sedangkan 20 persen diserap oleh usaha kafe dan roastery rerata 60 ton/tahun.
“Khusus untuk memasok kafe dan roastery ini yang dipetik adalah buah kopi yang berwarna merah atau istilahnya petik merah karena memiliki kualitas tinggi yang diminati roastery,” ujarnya.
Menurut Suwarno, rerata penghasilan petani kopi di Desa Sidomulyo ini mencapai Rp28 juta/tahun atau setara Rp2,4 juta/bulan yang dihitung berdasarkan penghasilan dari panen, jika per hektare per tahun mampu memproduksi sebanyak 1,2 ton.
Tak hanya berhenti untuk memasok industri dan kafe, Ketakasi pun ingin mencoba naik level. Melalui program binaan dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jember, kopi Ketakasi berencana melakukan ekspor kopi dengan kuantitas dan kualitas tinggi.
“Spesifikasi kopi yang diinginkan untuk ekspor ini cukup tinggi kualitasnya, dan kami awalnya tidak sanggup untuk memenuhi karena butuh teknologi, kemudian BI Jember siap untuk memfasilitasi,” imbuh Suwarno.
Bersiap Menembus Pasar Global
Sulkan, Konsultan Fungsi Pelaksanaan dan Pengembangan UMKM BI Jember, menambahkan kopi Ketakasi saat ini sedang dilirik oleh pembeli dari Amerika Serikat. Bahkan calon pembeli tersebut ingin mendapat pasokan kopi Ketakasi ini dengan jumlah yang cukup besar secara bertahap.
“Sebelumnya calon buyer ini sudah melakukan survei mendalam ke sentar kopi ini, dan menurut calon buyer tersebut, KSU Ketakasi punya keunikan tersendiri, dan juga komitmen serta kesungguhan untuk memasok kopi ke AS,” katanya.
Rencananya, kopi Ketakasi akan memasok pasar di Amerika Serikat mencapai 3.600 ton dengan nilai mencapai Rp171 miliar. Ekspor kopi tersebut akan dilakukan secara bertahap setiap tahunnya sampai dapat memenuhi volume sesuai kontrak.
Salah seorang petani kopi Desa Sidomulyo Kabupaten Jember sedang memetik buah kopi atau coffee cerry di kebun kopi./Bisnis - Peni Widarti
Saat ini BI Jember tengah mengupayakan bantuan untuk pengembangan ekspor bagi kopi Ketakasi. Salah satu yang dilakukan BI yakni mengajukan bantuan untuk mesin sortasi, serta menjalin kerja sama dengan Dinas Pertanian khususnya bagian tanaman pangan untuk meminjam alat dryer atau pengering.
“Dalam mendorong pengembangan potensi komoditas kopi ini tidak bisa sendiri, dibutuhkan peran banyak pihak termasuk melalui kolaborasi dengan instansi lain sebab investasi yang dibutuhkan untuk mekanisasi juga cukup tinggi, setidaknya butuh Rp350 juta hanya untuk membeli alat pengering kopi/dryer,” imbuh Sulkan.
Selain itu, BI Jember juga telah mengupayakan kerja sama dengan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan untuk menangani resi gudang. Melalui sistem resi gudang, diharapkan hasil panen kopi petani rakyat ini bisa menjadi jaminan untuk permodalan.
Bisnis Indonesia didukung, Bank Jatim, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, PT Perkebunan Nusantara XII, MPM Honda Jatim, Indosat, Honda Surabaya Center, Perkebunan Kopi Tugu Kawisari Blitar dan Hotel Tugu Malang, Hotel Luminor Sidoarjo dan Banyuwangi, PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur, menggelar Jelajah Kopi Jatim 2022 dengan berkunjung ke sentra pengembangan kopi di Jawa Timur, 5-7 Juli. Reportase tim diharapkan bisa menambah informasi dan inspirasi bagi pembaca. |