Bisnis.com, SURABAYA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Timur menilai bahwa saat ini Indonesia perlu lebih gencar meningkatkan skill atau keahlian sumber daya manusia (SDM) di tengah sulitnya mendapatkan pasokan impor bahan baku industri akibat perang Rusia - Ukraina yang berkepanjangan.
Ketua Apindo Jatim, Eddy Widjanarko mengatakan perang Rusia - Ukraina telah berdampak panjang terutama pada rantai pasok bahan baku industri termasuk bagi industri di Indonesia yang hingga kini masih bergantung pada bahan baku impor.
“Sejumlah pasokan kebutuhan industri dari negara lain tersumbat. Situasi ini ditambah dengan tingginya inflasi di negara-negara maju, serta gagal bayar utang bagi negara berkembang, seperti yang terjadi di Sri Lanka yang gagal bayar utang akibat resesi global,” ujarnya, Jumat (17/6/2022).
Baca Juga
Dia mengatakan sebenarnya, Indonesia sangat diuntungkan dengan kekayaan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki. Hanya saja, masih dibutuhkan perbaikan pengelolaan, termasuk tenaga kerja yang mampu mengolah sumber alam menjadi potensi ekonomi yang besar.
“Indonesia memiliki kekayaan SDA dan mineral, tinggal pengasahaan skill SDM-nya,” Katanya.
Eddy mengatakan kondisi ekonomi global yang masih menjadi tanda tanya merupakan tantangan pengusaha di negara berkembang, apalagi saat ini Indonesia juga masih berjuang untuk membangkitkan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
“Pengusaha dari Apindo dan Kadin Jatim berkolaborasi untuk terus berkoordinasi dengan pemerintah, khususnya dalam membangun pendidikan vokasi yang lebih terintegrasi dengan kebutuhan industri yang diharapkan vokasi memiliki daya konversi yang tinggi dari pelajar menjadi tenaga kerja produktif,” ujarnya.
Adapun saat ini Apindo Jatim dan Kadin Jatim juga memiliki program linear di bidang pendidikan vokasi. Pendidikan ini diperkuat dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LPS) guna meningkatkan daya saing industri.
Selain itu, menurut Eddy, setiap daerah dibutuhkan program inkubator untuk menciptakan entrepeneurship yang diyakini dapat memangkas pengangguran dan kemiskinan di daerah.“Bali, Bandung, dan Yogyakarta telah melahirkan inkubator, dan itu sukses. Saya berharap daerah-daerah lain di Jatim juga bisa mengikuti jejak ketiga daerah ini,” imbuh Eddy.
Ketua Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto menambahkan, di era industri 4.0 yang ditunjukkan dengan percepatan konektifitas, informasi dan otorisasi saat ini juga masih memiliki kendala dan risiko
“Masalah komunikasi dan bahasa bisa menjadi kendala dalam penerapan teknologi digital. Jika kita tidak dapat mengiringi perkembangan teknologi, terdapat ancaman peningkatan jumlah pengangguran yang mengakibatkan peningkatan angka kemiskinan dan krisis sosial,” imbuhnya.