Bisnis.com, SURABAYA - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Jawa Timur memperkirakan kinerja ekspor luar negeri tahun depan akan meningkat lebih tinggi seiring dengan perbaikan permintaan global dan domestik.
Kepala Perwakilan BI Jatim, Budi Hanoto, mengatakan akibat tertahannya permintaan global akibat pandemi Covid-19, serta kebijakan pembatasan wilayah di negara tujuan ekspor dan pelabuhan domestik dan tingginya tarif freight kontainer ekspor di tahun ini, membuat pertumbuhan ekspor Jatim menjadi terbatas dan sempat mengalami deselerasi atau perlambatan.
“Namun untuk tahun depan diperkirakan akan membaik. Ini seiring dengan penurunan kasus Covid-19 secara global yang kemudian mendorong semakin luasnya pembukaan sektor ekonomi produktif yang berimplikasi pada peningkatan permintaan global,” ujarnya, Selasa (21/12/2021).
Selain itu, potensi peningkatan ekspor tahun depan juga didorong oleh adanya penyelenggaraan kegiatan kompetisi olah raga serta potensi semakin luasnya pembelajaran secara hybrid maupun tatap muka langsung yang akan turut mendorong ekspor produk alas kaki Jatim.
“Lebih lanjut, krisis energi yang berlangsung di Tiongkok berimplikasi pada penurunan ekspor tembaga Tiongkok sebagai salah satu eksportir tembaga terbesar di dunia, secara global. Ini akhirnya berdampak pada peningkatan harga tembaga global yang diiringi dengan peningkatan permintaan tembaga secara global,” jelasnya.
Dia menambahkan faktor pendorong potensi peningkatan ekspor Jatim lainnya juga bersumber dari berlakunya perjanjian Indonesia – EFTA (European Free Trade Agreement) pada 1 November 2021, salah satunya emas perhiasan yang merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Jawa Timur.
Baca Juga
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan ekspor Jatim pada September lalu memang sempat mengalami kontraksi -1,95 persen dibandingkan Agustus 2021 yang disebabkan oleh meningkatnya pandemi, PPKM, serta tingginya tarif kontainer.
“Tetapi kinerja ekspor non migas kita mulai membaik lagi di November 2021 yang tercatat mencapai US$2,06 miliar atau naik 15,25 persen dibandingkan Oktober 2021 yakni US$1,79 miliar. Begitu juga bila dibandingkan dengan November 2020 yang tercatat US$1,44 miliar, ekspor non migas kita di November 2021 naik 43,29 persen,” jelasnya.
Sejumlah sektor yang mengalami kenaikan ekspor di antaranya adalah sektor pertanian naik 16,62 persen (yoy), industri pengolahan naik 46,46 persen (Yoy), dan sektor tambang naik 73,72 persen (Yoy).
“Komoditas yang mengalami peningkatan permintaan di antaranya adalah kayu, barang dari kayu, ikan, udang, tembaga, besi dan baja, serta mesin peralatan. Sedangkan komoditas yang turun pasarnya adalah filamen buatan, sayuran, garam, belerang, kapur, buah-buahan, serta perhiasan/permatan,” jelasnya.
Dadang menambahkan sejumlah negara tujuan ekspor yang mengalami peningkatan permintaan pasar pada November lalu di antaranya adalah China, Jepang, India, AS dan Korea Selatan. Sementara negara yang pasarnya turun di antaranya adalan Tanzania, Meksiko, Thailand, Jordan dan Singapura.