Bisnis.com, SURABAYA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyebut tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit (RS) masih cukup tinggi di atas 80 persen meskipun sudah menjalankan PPKM Darurat.
Namun begitu, untuk BOR di rumah/gedung isolasi yang diperuntukkan bagi orang tanpa gejala (OTG) maupun bergejala ringan dan sedang sudah mengalami penurunan sejak melakukan PPKM Darurat yakni sudah sekitar 57 persen atau di bawah standar WHO yakni 60 persen.
“Keterisian bed RS di Jatim memang masih relatif flat selama pelaksanaan PPKM Darurat, dengan BOR isolasi biasa masih sekitar 81 - 82 persen, sedangkan BOR dengan fasilitas ICU sekitar 83 - 84 persen, dan BOR RS Darurat untuk gejala ringan dan sedang juga sekitar 68 persen,” ujar Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Jumat (23/7/2021).
Juru bicara Satgas Covid-19 Jatim, dr Makhyan Jibril menjelaskan, total bed ICU Covid-19 di seluruh RS rujukan di Jatim sebanyak 1.342 dan telah terisi 1.127 pasien.
“Sedangkan total bed isolasi biasa di seluruh RS rujukan di Jatim sebanyak 15.591 dan telah terisi 12.784 pasien,” katanya.
Sementara untuk BOR RS Darurat Lapangan di Jatim saat ini rerata sekitar 70-75 persen. Terdapat sejumlah RS Darurat Lapangan di Jatim di antaranya RS Lapangan Indrapura Surabaya dengan jumlah 410 bed dan telah terisi sebanyak 287 pasien.
Baca Juga
Disusul RS Lapangan Ijen Boulevard Malang memiliki 315 bed dan telah terisi 311 pasien, dan RS Lapangan Dungus Madiun memiliki 137 bed dan telah terisi 87 pasien.
Khusus di Kota Surabaya, pemerintah mulai mengoperasikan RS Darurat GOR Indoor Kompleks Gelora Bung Tomo (GBT) pada 23 Juli 2021 untuk menyiapkan kebutuhan isolasi bagi pasien-pasien Covid-19 dengan gejala ringan dan sedang.
“RS Darurat GOR GBT ini memiliki kapasitas 225 tempat tidur, dan rencananya pasien yang akan menempati adalah dari RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH) atau pasien di wilayah barat karena jumlah pasien di sana sudah sangat penuh,” ujarnya.
RS Darurat GOR GBT ini telah disiapkan sebanyak 10 - 15 dokter dan 100 orang perawat yang juga berasal dari RSUD BDH, serta relawan Surabaya Memanggil. Dengan jumlah perawat yang terbatas, para perawat dan relawan ini akan bekerja selama enam jam sehari tanpa libur.