Bisnis.com, SURABAYA - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur menyebut tren kinerja ekspor nonmigas Jatim pada Oktober 2020 mengalami peningkatan tipis sekitar 0,72 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan sejak pandemi ekspor impor Jatim memang terganggu tetapi saat mulai dilakukan re-opening ekonomi, tren kinerja ekspor Jatim mulai meningkat sedikit demi sedikit.
“Pada Oktober kemarin, nilai ekspor non migas kita mencapai US$1,53 juta, naik tipis dibandingkan September 2020 yang mencapai US$1,52 juta,” katanya saat paparan BRS, Senin (16/11/2020).
Dia mengatakan, meski terjadi pertumbuhan tiap bulannya, tetapi jika dibandingkan kondisi ekspor migas maupun nonmigas periode sama tahun lalu memang masih kontraksi, yakni turun 5 persen.
“Kinerja ekspor dan impor sangat dipengaruhi kondisi global, termasuk kondisi adanya pandemi yang muncul di tahun ini, berbeda dengan tahun lalu sehingga terjadi penurunan kinerjanya,” imbuhnya.
Dadang menjelaskan komoditas ekspor yang menjadi penyumbang kinerja di Oktober ini adalah tembaga, kayu dan barang dari kayu, lemak dan minyak hewan/nabati, perhiasan/permata, dan ikan dan udang serta kertas/karton.
Baca Juga
Berdasarkan sektor, ekspor kita disumbang oleh sektor migas US$55,67 juta, lalu sektor pertanian US$162,07 juta, industri pengolahan US$1,3 miliar, serta sektor pertambangan dan lainnya US$3,72 juta,” jelasnya.
“Secara month to month, ekspor migas dan pertanian kita turun -4,9 persen (pertanian), tetapi untuk sektor industri pengolahan naik 1,43 persen, dan pertambangan naik 5,25 persen. Ini menunjukan sektor industri manufaktur di Jatim Sudah mulai bergerak normal sehingga mendorong ekspor mereka,” jelasnya.
Adapun pangsa ekspor non migas Jatim di antaranya menuju Asean dengan kontribusi 18,79 persen, Jepang 15,6 persen, China 14,8 persen, Amerika Serikat 13,6 persen, dan Uni Eropa 7,73 persen.
Terpisah, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Jatim, Difi Ahmad Johansyah mengatakan kinerja ekspor luar negeri telah menunjukkan tren positif sejalan dengan kembali normalnya aktivitas global, terutama kenaikan ekspor ditopang industri pengolahan dengan pasar utama ke China.
“Namun, kondisi bergeraknya industri pengolahan ini juga akan memicu peningkatan impor dari kelompok bahan baku, mengingat 90 persen bahan baku industri Jatim berasal dari luar,” katanya.
Data BPS Jatim juga mencatat nilai impor untuk bahan baku/penolong industri pada Oktober mencapai US$1,16 miliar, barang konsumsi mencapai US$182 juta, dan barang modal mencapai US$99,8 juta.