Bisnis.com, MALANG—Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tetap menyelenggarakan wisuda secara luring pada era pandemi dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Rektor UMM Fauzan mengatakan perguruan tinggi tersebut tetap member opsi daring dan luring bagi wisudawan yang akan mengikuti wisuda, tetapi wisuda banyak yang memilih opsi wisuda secara luring.
“Tentu kami layani karena ada faktor psikologis kalau wisuda dilaksanakan secara daring,” katanya pada Wisuda UMM periode III di Malang, Rabu (21/10/2020).
Karena dalam masa Covid-19, pelaksanaan wisuda dilakukan berkali-kali mengingat protokol kesehatan yang harus, yakni menjaga jarak.
Untuk mengantisipasi penularan Covid-19, UMM telah mempersiapkan protokol kesehatan khusus. Di antaranya kendaraan pengantar wisudawan/wisudawati hanya 50 persen dari kapasitas maksimalnya, penumpang kendaraan tidak melebihi batas maksimal suhu tubuh 37,8 derajat, mengenakan masker selama kegiatan di kampus atau prosesi wisuda, membawa makanan dan minuman sendiri, serta mencuci tangan/pakai hand sanitizer.
Sementara itu, untuk wisuda periode III akan diselenggarakan 19 hingga 22 Oktober. Dua periode
wisuda ini untuk mengukuhkan calon wisudawan/wisudawati Program Pendidikan Doktor (S3), Program Pendidikan Magister (S2), Program Pendidikan Sarjana (S1), Program Pendidikan Diploma Tiga (D-3) dan Profesi. Jumlah peserta wisuda sebanyak 893 wisudawan.
Baca Juga
Jumlah lulusan pada periode II Tahun 2020 adalah sebanyak 1.077 orang. Sementara, untuk jumlah wisudawan/wisudawati pada periode II/2020 sebanyak 930 orang yang terdiri dari 341 wisudawan dan 585 wisudawati.
Sementara itu, dalam orasi kegiatan wisuda UMM Rabu, Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk Republik Lebanon, Hajriyanto Y. Thohari pandangan Mohammad Hatta, salah satu proklamator kemerdekaan Republik Indonesia tentang Ilmu, Agama dan Pendidikan Tinggi Islam secara virtual.
Caranya agama menghadapi suatu persoalan dalam masyarakat dalam pandangan Muhammad Hatta, adalah satu sikap yang tidak mudah. Ini menghendaki didikan tinggi. Didikan tinggi itu harus diberikan oleh sekolah tinggi Islam.
Dengan demikian, belajar ilmu di sekolah tinggi Islam, haruslah berbeda dengan sekolah tinggi yang lain. Belajar di sekolah tinggi Islam tidak semata-mata untuk mempelajari ilmu saja. Sebab berbagai ilmu yang diajarkan di sini dapat pula dipelajari pada sekolah tinggi atau universitas yang lain.
Belajar ilmu di universitas Islam atau sekolah tinggi Islam harus menetapkan kemauan untuk mempelajari ilmu pengetahuan di atas dasar pandangan hidup Islam.
“Apakah dengan demikian berarti Islam itu ilmu? Hatta dengan tegas menjawab bahwa Islam bukan ilmu. Islam adalah agama. Islam sebagai agama, pemikirannya tidak dapat memberikan isi kepada ilmu. Sumbangan Islam kepada ilmu terdapat pada anjurannya kepada para penganutnya untuk mempelajari ilmu sebanyak-banyaknya, di mana saja, dan dari siapa saja,” ungkap Hajriyanto.(K24)