Industri Baja Berharap Proyek Pemerintah yang Tertunda Segera Bergulir Kembali

Tingkat utilisasi pabrik baja di Indonesia bahkan sebelum ada Covid-19 masih sangat rendah yakni 50 persen.
Ilustrasi./Bisnis.com
Ilustrasi./Bisnis.com

Bisnis.com, SURABAYA – Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (The Indonesia Iron and Steel Industry Association/IISA) meminta pemerintah segera menggelontorkan anggaran di semester II ini untuk memulai kembali proyek-proyek yang tertunda dengan harapan bisa menggerakkan utilitas pabrik.

Ketua Klaster Baja Lapis Aluminium Seng IISA, Henry Setiawan mengatakan tingkat utilisasi pabrik baja di Indonesia bahkan sebelum ada Covid-19 masih sangat rendah yakni 50 persen lantaran banyak faktor salah satunya serbuan produk impor dan produk tidak ber-SNI.

“Lalu setelah ada Covid-19, kinerja pabrik baja kita juga semakin drop, utilitasnya hanya di bawah 50 persen. Namun memang dengan kondisi Covid-19, transaksi importasi sempat berkurang, tetapi sekarang tampaknya suplai impor ke pasar tinggi lagi,” jelasnya, Senin (3/8/2020).

Menurutnya, saat ini pemerintah belum banyak menggelontorkan anggaran-anggaran, terutama untuk alokasi infrastruktur. Industri berharap pemerintah merealisasikan penyerapan anggaran tersebut untuk memacu perekonomian.

Industri, kata Henry, juga berharap progam Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) terus digencarkan dalam proyek pemerintah, meskipun diakui memang dalam proyek tertentu yang menggunakan pendanaan asing biasanya tetap menggunakan produk baja dari luar sehingga program tersebut tidak bisa optimal.

“Kami melihat program P3DN pemerintah ini belum optimal, apalagi ketika ada investasi proyek pemerintah yang pendanaannya dari pihak asing, kemudian pemberi dana menginginkan agar menggunakan produk baja dari luar, yang ini masalahnya cukup pelik,” katanya.

Henry menambahkan, kondisi lain dalam industri baja terutama baja ringan lapis aluminium yang merupakan produk hilir siap konsumsi di masyarakat, perlu ada pengawasan ketat terhadap barang ber-SNI.

Selama ini, katanya, masih banyak ditemui produk baja lapis ringan yang tidak ber-SNI telah beredar di masyarakat sehingga dikhawatirkan bisa berdampak pada keselamatan jiwa para penggunanya.

“Sampai saat ini masih banyak produk baja lapis aluminium seng yang masuk ke Indonesia berupa coil dan di luar SNI, seperti dari sisi ketebalan dan lapisannya tidak sesuai standar, ini akan sangat membahayakan penggunanya. Maka pembuat kebijakan perlu melakukan pengawasan ketat,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper