Bisnis.com, MALANG — Kota Probolinggo tercatat mengalami inflasi sebesar 1,58% (yoy), sedangkan m-t-m mengalami deflasi 0,35% pada Mei sehingga masih dalam rentang sasaran inflasi sebesar 2,5 + 1%.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang, Febrina, mengatakan tekanan inflasi Kota Probolinggo pada Mei 2025 tercatat masih terkendali dalam rentang sasaran. Hal ini tidak terlepas dari koordinasi solid yang dilakukan TPID yang diwujudkan melalui sinergi kolaboratif dalam pengendalian inflasi.
“Kegiatannya, yakni Operasional Toko Kopi Siaga dan Warung Inflasi selama Mei 2025 yang menjual komoditas pangan utama dengan harga terjangkau, pemantauan harga bahan pangan pokok selama Mei 2025, penjajakan kerja sama antar daerah (KAD) dengan Kabupaten Blitar untuk memasok bahan pangan strategis, kegiatan Grebek Pasar setiap Jumat, yang dimulai pada Mei 2025; dan pelaksanaan pasar murah dan sidak pasar pada bulan Mei 2025,” katanya, Selasa (3/6/2025).
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), kata dia, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Probolinggo pada bulan Mei 2025 mengalami deflasi sebesar -0,35% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mencatatkan inflasi sebesar 0,75% (mtm).
Menurutnya, deflasi periode Mei 2025 di Kota Probolinggo terutama didorong oleh penurunan harga kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil -0,36% (mtm).
Deflasi yang lebih dalam tertahan oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang mengalami inflasi dengan andil sebesar 0,06% (mtm).
Baca Juga
Berdasarkan komoditasnya, deflasi terutama didorong oleh penurunan harga cabai rawit, bawang putih, bawang merah, angkutan antar kota, dan ikan tongkol, masing-masing dengan andil -0,20%, -0,06%, -0,05%, -0,04%, dan -0,02% (mtm).
Penurunan harga cabai rawit dan bawang merah terjadi akibat pasokan yang meningkat seiring mulainya musim panen di sentra produksi. Penurunan harga bawang putih terjadi akibat pasokan yang meningkat seiring dengan penambahan realisasi impor bawang putih.
Penurunan harga angkutan antarkota, kata dia, terjadi seiring dengan normalisasi harga tarif beberapa operator bus trayek jarak jauh pasca-Lebaran. Penurunan harga ikan tongkol terjadi seiring dengan pasokan yang melimpah.
Deflasi yang lebih dalam tertahan oleh peningkatan harga komoditas tomat, emas perhiasan, ketimun, tarif pulsa ponsel, dan kacang panjang, dengan andil deflasi masing-masing 0,03%, 0,02%, 0,02%, 0,01%, dan 0,01% (mtm).
“Kenaikan harga tomat, ketimun, dan kacang panjang terjadi seiring dengan adanya keterbatasan pasokan akibat faktor cuaca yang kurang kondusif. Kenaikan tarif pulsa ponsel terjadi pasca normalisasi kebijakan penurunan tarif internet selama arus mudik Lebaran 2025,” ucapnya.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai deflasi yang terjadi pada Mei di Kota Probolinggo menjadi indikasi permintaan pasca-Ramadan dan Idulfitri kembali normal.
Selain itu, kata dia, pasokan yang meningkat sejumlah komoditas pangan turut andil terjadinya deflasi. Di sisi lain, masyarakat juga sedikiit menahan konsumi untuk persiapan pengeluaran pendidikan ajaran baru sekolah.
Menurutnya, beban pengeluaran masyarakat diprediksi akan meningkat pada Juni, karena diskon listrik Juni-Juli batal diberikan, namun akan diganti dengan bantuan subsidi upah (BSU).
Harapanya BSU ini akan mampu menjaga daya beli masyarakat sehingga perekonomian dapat lebih bergeliat. Upaya-upaya pengendalian inflasi yang diinisiasi oleh TPID semakin inovatif dan terbukti mampu berkontribusi dalam stabilisasi harga.
“Oleh karena itu, kebijakan tersebut perlu diperkuat lagi dengan memastikan pasokan melalui kerjasama antardaerah, khusunya kerja sama dengan daerah penghasil komoditas pangan, telur, dan daging,” ujar Joko yang juga Peneliti Senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi FEB UB itu.