Bisnis.com, SURABAYA—DPRD Kota Malang dorong Pemkot setempat untuk dapat memberdayakan ekonomi kerakyatan lewat UMKM kuliner semanggi.
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, Arif Fathoni, berharap Pemkot Surabaya dapat berkomitmen dalam menggerakkan ekonomi lokal melalui pemberdayaan kuliner tradisional khas Kota Pahlawan, yaitu semanggi.
“Tak hanya sebagai upaya pelestarian budaya, kuliner semanggi dapat menjadi motor penggerak ekonomi kerakyatan sekaligus penopang ketahanan pangan nasional,” ujarnya, Kamis (24/7/2025).
Semanggi juga cocok bagi mereka yang menerapkan pola hidup sehat. Politisi Partai Golkar ini menyoroti fenomena meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup sehat sebagai peluang strategis yang bisa dimanfaatkan pemerintah daerah.
“Saat ini kita menyaksikan geliat masyarakat dalam menjaga kesehatan. Taman-taman kota, area car free day, dan fasilitas olahraga selalu dipenuhi warga. Nah, tren ini bisa disambut dengan menyediakan pilihan kuliner sehat, salah satunya adalah semanggi. Pemkot harus tanggap terhadap tren ini,” katanya.
Menurutnya, semanggi bukan sekadar makanan tradisional, melainkan bagian dari identitas budaya dan kearifan lokal Surabaya.
Baca Juga
Dikenal dengan daun semanggi rebus yang disiram bumbu khas berbahan dasar ketela rambat, semanggi dinilai lebih sehat dibanding kuliner lain sejenis seperti pecel yang umumnya menggunakan saus kacang tanah.
“Banyak yang belum tahu bahwa bumbu semanggi itu bebas kolesterol, tinggi serat, dan cocok untuk gaya hidup sehat masa kini. Ini keunggulan kompetitif yang jarang dimiliki makanan tradisional lainnya. Kita punya potensi luar biasa, tinggal bagaimana memoles dan menyalurkannya,” jelasnya.
Selain itu, untuk daun semangginya sendiri, juga mempunyai manfaat yang banyak, a.l, sumber serat alami yang berguna untuk melancarkan pencernaan dan menjaga kesehatan usus.
Manfaat lain, mengandung antioksidan. Semanggi mengandung senyawa flavonoid yang membantu menangkal radikal bebas dan menjaga daya tahan tubuh.
Semanggi juga membantu menurunkan kolesterol serta rendah kalori namun tetap memberikan rasa kenyang sehingga cocok untuk membantu seseorang yang menjalani program diet sehat.
Karena alasan-alasan itulah, dia meminta, Dinas Koperasi, Perdagangan, dan UMKM (Dinkopdag) Kota Surabaya untuk mengambil langkah konkret.
Salah satunya adalah dengan melakukan pendataan menyeluruh terhadap pedagang semanggi, sekaligus membantu mereka masuk ke seluruh Sentra Wisata Kuliner (SWK) di berbagai penjuru kota.
Dia juga menyerukan kolaborasi dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian untuk memastikan rantai pasok semanggi tetap aman dan berkelanjutan.
“Kalau nanti semanggi laku dan permintaan tinggi, bahan bakunya dari mana? Ini perlu disiapkan sejak sekarang. Lahan tidur milik Pemkot yang belum digunakan bisa dijadikan lahan budidaya semanggi. Ajak LPMK, kader lingkungan, dan karang taruna untuk menanam bersama. Ini gotong royong yang berdampak luas,” ujarnya.
Fathoni mengungkapkan, banyak pelaku usaha muda yang berminat mengembangkan semanggi dalam bentuk warung modern, kuliner inovatif, hingga produk kemasan. Namun, mereka kerap terkendala pasokan bahan baku yang belum stabil.
“Kalau kita bisa menjaga ketersediaan bahan baku, semanggi bisa diolah jadi berbagai varian produk: semanggi instan, saus semanggi botolan, bahkan frozen food. Ini bisa membuka lapangan kerja dan mengangkat UMKM Surabaya ke level nasional bahkan ekspor,” imbuhnya.
Sebagai contoh, wilayah Benowo sebagai daerah sentra penghasil semanggi yang selama ini menjadi penopang kebutuhan para pedagang. Ia juga menyarankan lahan kosong di sekitar Rumah Sakit Eka Chandra Rini (Surabaya Timur) sebagai lokasi potensial budidaya baru.
Karena itulah, dia menilai, upaya pelestarian semanggi bukan hanya soal lokalitas, tetapi juga bagian dari visi besar Presiden Prabowo Subianto dalam membangun kedaulatan dan ketahanan pangan nasional di tengah krisis global.
“Kita tidak bisa lagi bergantung pada pangan impor. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang mandiri secara pangan. Semanggi, walau sederhana, adalah lambang kekuatan lokal yang bisa kita banggakan. Ini bukan sekadar makanan, tapi simbol keberlanjutan, identitas, dan kemandirian ekonomi,” ujarnya.
Melalui program terpadu yang melibatkan masyarakat, OPD terkait, dan pelaku usaha, sudah saatnya menjadikan semanggi tak hanya bertahan sebagai warisan kuliner, tetapi bisa bertransformasi menjadi ikon baru ekonomi kreatif dan ketahanan pangan Surabaya.